Tuai Respon Positif dari Civitas Akademika bagi Kemajuan FEB
Bertempat di depan gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) II, Selasa (04/02) diselenggarakan pemilihan Presiden BEM (Presbem) dan Wakil Presiden BEM (Wapresbem) FEB. Pemilu pertama FEB setelah vakum sejak pertengahan 2018 ini mengusung dua kandidat calon, dengan nomor urut 1 Fikri Ary Nugraha dan Aloysius Amavisca dan nomor urut 2 yakni Sandi Ariamanda dan Imanuel Andre Aditya. Pemilu ini berhasil dimenangkan oleh kandidat nomor urut 2 dengan perolehan 584 suara.
Pemilu yang berlangsung ini adalah bentuk dari bangkitnya kembali BEM FEB. Berawal dari iktikad para ketua himpunan jurusan di FEB angkatan 2017 yang ingin membentuk kembali badan eksekutif, hingga berlanjut pada penanggung jawab yang diemban oleh satu delegasi BLM-J tiap jurusan. Terhitung sejak bulan November 2019 telah dilaksanakan tiga kali kongres, sidang istimewa pemilihan ketua Badan Legislatif Mahasiswa-Fakultas (BLM-F) hingga akhirnya sidang istimewa pengangkatan presbem dan wapresbem FEB periode 2019/2020 yang berlangsung tepat pada hari yang sama dengan pemilu.
Tak hanya dari mahasiswa, namun kebangkitan BEM FEB juga mendapat dukungan baik dari pihak fakultas. Hal tersebut karena BEM merupakan salah satu komponen penting yang harus ada seperti yang tertuang dalam peraturan Kementrian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (KEMENRISTEKDIKTI) RI nomor 15 tahun 2018 tentang organisasi dan tata kerja lembaga layanan perguruan tinggi. “Sesuai dengan struktur organisasi kemahasiswaan, maka setiap perguruan tinggi harus ada struktur kemahasiswaan diantaranya BEM baik di tingkat fakultas atau universitas,” ujar Suwaidi selaku Wakil Dekan III FEB. “Sebenarnya tahun kemarin itu sudah ada usulan untuk terbentuk lagi, jadi kepengurusan ini sebenarnya tidak sampai vacum of power,” ujar Moh. Fahrul Faris, Presidium kongres pembentukan BEM FEB. Konflik-konflik di kepengurusan sebelumnya membuat mahasiswa ragu-ragu untuk mencalonkan diri menjadi presbem dan wapresbem.
Melihat banyaknya konflik yang telah ada, tiap Ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA) masing-masing jurusan FEB sendiri telah berkomitmen untuk menjalin hubungan baik pada awal kepengurusan (2019, red), hingga akhirnya dapat terwujud konsolidasi seperti di atas. Sandi Ariamanda, selaku Presbem terpilih menyatakan jika konflik yang telah ada justru menjadi sebuah pembelajaran baru bagi Keluarga Mahasiswa (KM) FEB. Walau begitu, dalam mencegah kevakuman kembali, ia meminta banyak dukungan dari lembaga, HIMA, dan KM FEB dalam kepengurusan kedepannya. “Untuk sekarang ini agar tidak vakum lagi itu dengan usaha untuk menyakinkan, baik ke pasangan calon nomor urut 1, masing-masing HIMA, dan KM FEB bahwa kita bisa membawa nama FEB yang sesuai dengan visi saya, yakni sebagai fakultas yang bersinergi,” tuturnya.
Sebelum BEM FEB terbentuk, mahasiswa mengaku mengalami kesulitan. Ivac Abdi Hilmansyah (Manajemen/17) mengungkapkan jika kesulitan yang dihadapinya adalah kurangnya wadah mahasiswa untuk berorganisasi. Adenna Hendy (Akuntansi/16) pun ikut berpendapat, “Sebenarnya waktu awal itu mengalami kesulitan, soalnya kalau ada info apa-apa kita hanya bisa mengharap dari HIMA, sedangkan infonya beda-beda.”Dari kesulitan itu, para mahasiswa mengaku sangat senang dengan bangkitnya BEM FEB. Mereka berharap dengan terbentuknya BEM FEB ini bisa menyuarakan suara mahasiswa FEB, dan dapat menjadi wadah bagi para mahasiswa FEB.“Semoga BEM FEB bisa kompak dan gak vakum lagi,” harap Naomi Perbina (EP/16). (bel)