Rata-Rata Tinggi Badan Rendah: Penanggulangan Secara Multisektoral Perlu Diusung Pemerintah

Peran Sinergisitas Masyarakat dan Pemerintah dalam Penyelesaian Permasalahan Gizi

Ilustrasi Perbedaan Tinggi Badan

Sumber: Freepik

Permasalahan rata-rata tinggi badan negara Indonesia menjadi buah bibir di media sosial. Hal ini karena rata-rata tinggi badan negara Indonesia rendah dibandingkan negara lain, seperti Korea Selatan dan Jepang. Permasalahan tinggi badan juga berkaitan dengan stunting yang merupakan masalah signifikan yang ada di Indonesia dan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor genetik menjadi faktor dengan persentase besar yang memengaruhi rata-rata tinggi badan orang Indonesia, tetapi faktor lain yaitu nutrisi, sosial ekonomi, serta kualitas pendidikan dan kesadaran masyarakat juga mengambil peran yang sampai sekarang sulit diatasi oleh pemerintah.

Menurut Yunita Satya Pratiwi selaku Dosen Teknologi Pangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur menuturkan faktor yang memengaruhi tinggi badan seseorang, seperti faktor lingkungan dan faktor genetik yang akan berdampak pada status gizi dari seseorang. “Jadi, kalau status gizinya baik, tinggi badan yang juga merupakan indikator status gizi juga akan baik dan status gizi itu dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung. Yang langsung itu ada penyakit dan asupan gizi, faktor lingkungan, sedangkan yang tidak langsung, yaitu sosial politik, ekonomi,” tuturnya.

Adanya perbedaan tinggi badan negara Indonesia dengan negara Korea Selatan dan Jepang dipengaruhi oleh keadaan Indonesia setelah kemerdekaan, yaitu Indonesia mengalami posisi pascapenjajahan yang mengalami kesulitan untuk memperbaiki status gizi sumber daya manusia. “Setelah kemerdekaan, Indonesia itu kan mengalami posisi yang pascapenjajahan itu sulit. Jadi, merangkak. Jadi, banyak faktornya, multikompleks, sampai sekarang pun stunting-nya mulai besar dan ini berarti termasuk faktor politik juga,” jelasnya. Selain faktor dari peran pemerintah, terdapat faktor lain yang memengaruhi dalam penanganan stunting di Indonesia, yaitu perekonomian yang kompleks, jumlah penduduk yang besar dan heterogen.

Salah satu penghambat dalam menangani permasalahan ini adalah keheterogenan dari negara Indonesia. “Setiap suku mempunyai pola makan sendiri-sendiri, pattern food-nya berbeda-beda sehingga tingkat kesulitan pemerintah lebih sulit bagaimana untuk satu langkah lebih meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,” jelas Yunita. Ia menambahkan bahwa dampak jika permasalahan ini tidak ditangani dengan baik adalah sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia tidak dapat bersaing dengan dunia internasional sehingga dalam beberapa dekade Indonesia akan tetap disebut negara berkembang.

Menurut Alifia Jasmine (FT/21), langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tinggi badan yang rendah tidak bisa hanya dilakukan melalui keluarga karena mayoritas masyarakat Indonesia termasuk golongan menengah ke bawah dalam perekonomian. “Menurutku, peran pemerintah sendiri itu sangat penting untuk mencegah stunting ini karena gimana caranya pemerintah ini bisa membuat program untuk anak-anak, umumnya kepada balita. Jadi, bagaimana caranya mereka membuat program untuk pemenuhan gizinya. Selain itu, juga dari pihak keluarga butuh pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif oleh ibunya,” jelasnya. 

Selain pengaruh genetik, rata-rata tinggi badan negara Indonesia memiliki kemungkinan untuk meningkat apabila dilakukan rencana pemenuhan gizi. “Jadi, kalau misalkan memang dari pemerintah maupun dari masing-masing individu keluarganya itu mereka sudah punya planning atau tahapan untuk tumbuh kembang dia baik, pastinya untuk rata-rata tinggi badan ini nantinya meningkat seiring bertambahnya tahun,” ungkap Alifia. Adanya pemenuhan asupan nutrisi dan gizi yang baik pada tiap individu dapat mencegah stunting

Yunita berharap mengenai adanya campur tangan pemerintah dalam beberapa sektor, seperti kesehatan, pendidikan, gizi, dan pangan agar permasalahan ini ditanggulangi secara multisektoral dan peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan sistem dalam negara dengan menerapkan program yang dapat dipatuhi oleh masyarakat. Selain itu, Alifia juga berharap pemerintah dapat memperbanyak program-program yang dapat memudahkan akses masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan gizi dan nutrisi, terutama bagi anak-anak dan kecukupan mengenai kesadaran masyarakat tentang nutrisi dan gizi yang diberikan untuk anak. (ndy/vka/yry)

Post Author: pers-upn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *