Diadakan Pada Hari Efektif, Tidak Surutkan Antusiasme Penonton
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Crystal UPN “Veteran” Jawa Timur kembali mengadakan Dies Natalisnya yang ke-31 pada Senin malam (15/4). Bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Giri Loka, dan berlangsung mulai pukul 19.00 hingga pukul 22.00 WIB. UKM Musik Satya Palapa serta Pembacaan Puisi oleh Hosen (EP/16) juga turut memeriahkan acara ini. Tidak hanya mengundang warga UPN saja, acara yang menampilkan tiga pementasan ini terbuka untuk umum, serta memasang harga tiket masuk sukarela.
Penampilan UKM Musik membuka acara dengan menampilkan sejumlah lagu, kemudian dilanjutkan dengan pementasan tiga naskah serta pembacaan puisi oleh salah satu anggota Teater Crystal, Hosen (EP/16). Tiga pementasan tersebut adalah Dasein, Warung Colitik, dan Janji Senja. Dengan tema Cahaya Baru, Galih (Ak/16) yang merupakan Ketua Pelaksana mengungkapkan bahwa tema ini dilatarbelakangi oleh berkurangnya frekuensi pementasan Teater Crystal beberapa waktu belakangan, namun dengan datangnya beberapa anggota baru, diharapkan Teater Crystal dapat lebih aktif serta mengadakan pementasan lebih banyak lagi.
Ketua Umum Teater Crystal, F (yang tidak ingin disebutkan identitasnya, red.) mengakui acara ini seharusnya dapat terlaksana pada tanggal 6 namun terkendala beberapa hal sehingga baru dapat terlaksana pada Senin lalu, meski diadakan pada hari efektif namun F cukup senang dengan animo penonton yang memenuhi ruangan. F pun menjelaskan tema yang diusung naskah pementasan cukup beragam, ada Dasein seputar seseorang yang mencari jati diri, kemudian Warung Colitik yang merupakan satir mengenai pejabat dan orang-orang elit, lalu Janji Senja adalah penutup bernuansa mellow. Tiga naskah pementasan ini murni ditampilkan oleh anggota Teater Crystal. “Harapannya tentu anggota Teater Crystal agar karyanya semakin bagus, lalu semakin belajar mengenai hidup lagi,” ungkap F.
Salah satu pementasan berjudul Janji Senja disutradarai oleh Yusroh Ardiansyah (Ak/16) menceritakan tentang seorang ibu yang menunggu suaminya sejak melahirkan hingga anaknya menikah. Meski tak kunjung datang, sang ibu tetap pada kesetiannya untuk menunggu suami. Konflik batin yang terjadi antara ibu yang menganggap suami orang baik, dan anak yang menganggap sebaliknya, ditampilkan dengan baik oleh para pemain. Pada akhirnya sang ibu tetap menunggu suaminya hingga senja terakhir. Namun Yusroh menyayangkan fasilitas yang diberikan oleh pihak lembaga, seperti lighting yang usianya cukup tua sehingga menghambat penampilan. Ia pun berharap lembaga lebih menunjang kegiatan seni lewat fasilitas.
Penampilan pementasan tentunya memerlukan persiapan yang cukup matang, salah satu tokoh dalam Warung Colitik yakni Pak Plontos memiliki karakter yang bodoh namun licik dalam menjatuhkan lawan politiknya. Tokoh ini diperankan oleh Pandu (Ak/17), ia menjelaskan caranya mendalami peran dengan melihat bermacam-macam ekspresi seperti sedih, dan licik. Kemudian, ia juga melihat banyak politisi-politisi sebagai referensi perannya. “Saya lebih suka nongkrong dan melihat orang berbicara serta mempelajari gerak-geriknya, selain itu juga belajar dari pengalaman,” ujarnya.
Nisa (Hukum/17) menjadi salah satu penonton yang antusias menonton pementasan Teater Crystal, ia cukup kagum dengan acara tersebut serta rundown yang tepat waktu. Ia sendiri mengetahui informasi acara tersebut lewat salah satu temannya yang menjadi aktris pementasan. “Saya tertarik karena judulnya yang cukup menarik. Harapannya semoga ke depan, sosialisasinya lebih masif lagi,” tutup Nisa. (nau)