Bedah Novel VS Film

Proker Tahunan UPN Televisi, MUTE Turut Memperingati Hari Film Nasional

Kika Dhersy (tengah), menjelaskan kelebihan dan kekurangan novel dan film pada Jumat (2/3). Kika Dhersy adalah penulis novel ‘Cemburu itu Peluru’ menjadi narasumber dalam produksi akbar yang diadakan oleh UPN Televisi.

UPN News – Laboratorium Televisi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur kembali mengadakan produksi akbar UPN Televisi dalam program acara Movie UPN Televisi (MUTE) yang bertema Novel vs Film. Acara tersebut digelar di Gedung Giri Pasca UPNVJT pada Jum’at (2/3).

Produser produksi akbar, Alfiah (Ilkom/16) mengatakan, program acara MUTE ini membahas tentang seputar film dan novel. Produksi Akbar ini dihadiri oleh komunitas dan mahasiswa pencinta film dan novel di sekitar wilayah Surabaya dan Gresik. “Produksi akbar ini merupakan program kerja tahunan dari divisi produksi yang sudah berjalan selama 3 tahun dengan tema yang berbeda,” ujar Alfiah.

Menurutnya, tema Novel VS Film diangkat karena produksi akbar dalam program acara MUTE ini mendekati Hari Film Nasional (HFN) yang diperingati pada bulan Maret dan juga karena semakin banyaknya film yang diangkat dari novel. “Tujuannya untuk membedah antara novel dan film. Orang yang baca buku setelah melihat film, banyak yang berkomentar bahwa novelnya lebih baik. Jadi kami mau memberi tahu bahwasannya film dan novel itu adalah dua media yg berbeda, jadi tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lainnya,” terangnya.

Sesuai dengan tema yang diambil, maka produksi akbar ini menghadirkan seorang narasumber yaitu Kika Dhersy Putri, seorang penulis novel yang novelnya pernah diangkat menjadi film. “Kita bisa mengundang satu orang tapi sekiranya orang itu juga bisa berasal dari kedua hal yang kita bedah itu tadi,” ungkap Alfiah.

Salah satu novel Kika yang berjudul Cemburu itu Peluru juga telah dibuat versi film pendek. Menurutnya, novel dan film berbeda karena novel adalah bahasa tulis sedangkan film merupakan audio visual. “Novel itu bahasa tulis, dimana pembaca diberi ruang untuk berimajinasi didalam kepalanya,” ujar Kika.

Senada dengan Kika, Rinne (Ilkom/17) juga berpendapat bahwa novel lebih memiliki daya tarik sendiri. “Kalau aku pribadi seringnya baca novel, karena lebih bisa berimajinasi sama karakter yang ada pada novel,” ungkap Rinne. Hal berbeda diungkap oleh Niko, mahasiswa Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya yang diundang pada acara berpendapat bahwa dia lebih menyukai film daripada novel. “Saya sih lebih ke film karena enak langsung bisa dilihat, kalau novel kan harus baca,” ujarnya. (cky)

Post Author: pers-upn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *