Panjangnya Antrian EPT Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor Internal Seperti Kurangnya Sumber Daya Manusia dan Minimnya Ruang Penyelenggaraan Tes
Lokasi Kantor UPT Pusat Bahasa
Sumber: halojatim.com
EPT atau English Proficiency Test merupakan tes untuk menguji kemahiran berbahasa Inggris yang meliputi tiga kemampuan yaitu listening comprehension, structure and written expression dan reading comprehension dengan rentang nilai hasil antara 310-677. Program ini diselenggarakan oleh UPT Pusat Bahasa (Pusba) UPN “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) dengan tujuan membantu mahasiswa memenuhi syarat administrasi pengajuan skripsi, pendaftaran yudisium ataupun kebutuhan lain yang membutuhkan sertifikasi tersebut dengan standar nilai 450 untuk jenjang S1 dan 500 untuk jenjang S2. Mahasiswa diharuskan mencapai standar nilai yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat studi mereka untuk dapat menyertakan sertifikat EPT pada persyaratan administrasi seperti yang telah disebutkan.
Di balik pentingnya tes EPT di UPNVJT, ternyata terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh mahasiswa seperti masalah mengenai jadwal dan kuota yang disediakan oleh UPT Pusat Bahasa sebagai lembaga pengelola. Menanggapi hal tersebut, pedoman mengenai tes EPT yang terdapat pada Keputusan Rektor Nomor 701/UN63/BHS/2023 telah menjelaskan bahwa mahasiswa sebaiknya melakukan tes EPT pada semester 5 atau 6. Adelia Citra (FISIP/20), mengungkapkan bahwa banyak dari teman seangkatannya yang merasa jarak dari tes EPT jika dilakukan pada semester tersebut terlalu singkat setelah kelulusan nantinya mengingat sertifikasi EPT hanya berlaku selama 2 tahun. “Mending tes EPT itu setelah sempro aja atau sebelum sempro kaya gitu, biar ngga jauh-jauh banget dari seminar hasil dan kalau misal kita udah lulus atau mau cari kerja dan emang harus udah ada sertifikasi EPT, kita masih bisa nih pakai sertifikasi yang kita ambil saat mau skripsi,” ungkapnya.
Terkait proses pendaftaran, Syifa Syarifah Alamiyah selaku Kepala Pusat Bahasa UPNVJT menjelaskan bahwa pendaftaran tes terbuka setiap harinya pada hari kerja namun untuk jadwal tes terkendala pada jumlah ruangan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan tes tersebut. “Hanya ada tiga ruangan tes saja, dengan masing-masing ruangan tes itu dua ruang yang kapasitasnya 25 peserta dan satu ruang yang kapasitasnya 20 peserta. Sehingga satu kali running tes itu hanya ada 70 peserta yang bisa kami layani setiap harinya. Sedangkan untuk tes sendiri pelaksanaannya hanya di hari Senin sampai Kamis,” jelasnya.
Beliau juga menjelaskan bahwa Pusat Bahasa telah berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan pelayanan terkait tes EPT misalnya seperti memberi kuota pelatihan gratis sebanyak 5 kelas yang telah dibuka pada Februari dan akan dilanjutkan dengan pelatihan berbayar yang akan dilaksanakan kisaran bulan Juni dan Agustus. Kendati demikian minimnya sumber daya manusia juga menjadi tantangan bagi mereka yang akhirnya berpengaruh pada kecepatan proses dalam pemrosesan nilai EPT. “Ketika setelah ujian dilaksanakan nilai itu kemudian kami proses, harus dikoreksi. Terbatasnya tenaga yang mengoreksi karena staf kami juga terbatas, dan pekerjaannya terbagi-bagi jadi akhirnya proses koreksi ini memerlukan waktu,” ungkapnya. Terbatasnya ruangan dan SDM juga menjadi alasan utama Pusat Bahasa mengembangkan aplikasi EPT Online yang saat ini telah sampai pada tahap uji coba sistem guna meningkatkan pelayanan mereka. “Jadi sekarang kita lagi proses fixing untuk finalisasi, nanti kalau sudah fix semuanya baru kita launching antara bulan Mei dan Juni kemungkinan sudah bisa dipakai,” tambah beliau.
Hal tersebut sekaligus menjawab kekhawatiran Muhammad Rakha Naufal (FIK/22) mengenai sering adanya antrian dalam pelaksanaan tes. Sebagai salah satu member aktif dari Global Language Club (GLC), Rakha mengungkapkan bahwa kendala lain yang ia alami adalah mengenai minimnya informasi mengenai tes ini. “Kalau kendalanya itu tentang pengetahuan (soal tes ini) jelas kurang sekali dari Pusat Bahasa. Karena dari angkatan saya sendiri, teman-teman saya itu belum ada knowledge atau awareness mengenai EPT ini,” jelasnya. Sedangkan mengenai hal ini, pihak Pusat Bahasa menjelaskan bahwa mereka pun telah berupaya menyebarkan informasi sebaik mungkin baik melalui jaringan internal seperti mengirim Pertor terbaru kepada pihak program studi, fakultas hingga melalui rapat bersama dengan Bidang Satu Kemahasiswaan meliputi Warek Satu, BAKPK dan Wadek Satu maupun melakukan penyebaran informasi melalui media sosial mereka yaitu Instagram @pusatbahasaupnvjt.
Pihak Pusat Bahasa juga menjelaskan mengenai keluhan mahasiswa terkait syarat verifikasi nilai apabila melakukan tes EPT atau tes kemampuan Berbahasa Inggris di luar UPNVJT. Sertifikat yang diverifikasi antara lain adalah sertifikat ITP TOEFL, iBT TOEFL, PBT TOEFL, Pearson, IELTS, atau sertifikat dari universitas lain di Surabaya seperti UNAIR, ITS dan Unesa. Syarat untuk konversi tersebut hanya perlu menyiapkan dua lembar kopi sertifikat dan nilai dari lembaga terkait bersama dengan fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa. Kemudian terkait banyaknya pertanyaan mengenai tata cara pendaftaran tes yang beredar, pihak Pusat Bahasa juga mengungkapkan bahwa proses pendaftaran juga dapat dilakukan melalui contact person Pusat Bahasa namun untuk pemilihan jadwal disarankan untuk datang langsung karena memerlukan proses diskusi mengenai ketersediaan jadwal mahasiswa atau dapat diwakilkan.
Pihak Pusat Bahasa maupun mahasiswa sama-sama mengharapkan yang terbaik mengenai tes EPT ini, mulai dari bertambahnya sumber daya manusia, penambahan ruang untuk penyelenggaraan tes agar kuota mahasiswa dapat bertambah dalam setiap sesi tes demi mengurangi antrian tes bagi mahasiswa. (ash/ar)