Oleh: Aushaf Salsacita Anwarismail
Ilustrasi: Wartawan Muda
Sumber: Freepik
Pers lahir ketika para pemuda menginisiasi gerakan Kebangkitan Nasional, memainkan arti dibalik ide-ide brilian para pemuda dan menyebarkan kesadaran rakyat akan kemerdekaan lewat surat-surat kabar. Budi Utomo dan pemuda Indonesia menjadi senjata para mahasiswa untuk mengkritik kebijakan kolonial dan merebut kembali suara masa Indonesia. Ketika pemuda pers tumbuh lebih tua, mereka mewariskan ide kepada generasi selanjutnya. Itulah bagaimana pers tak pernah redup selagi Indonesia memiliki darah muda yang dapat mengambil alih motor yang membawa pers pada revolusi.
Dalam era di mana informasi menjadi rantai utama dinamika sosial, peran pers muda dalam revolusi menjadi sangat penting. Para pemuda lahir dan tumbuh dewasa di era digital sedangkan generasi pendahulu adalah warga pendatang dan migran digital, begitulah yang diutarakan Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo pada peringatan Sumpah Pemuda (28/10/2021). Namun bersamaan dengan kemudahan laju informasi apakah kebebasan menyampaikan aspirasi juga lebih mudah?
Berbeda dengan masa lalu, generasi muda kini memiliki ‘Jari Emas’ bernama teknologi. Kebenaran pemberitaan tak lagi sebatas metode konvensional belaka dan masyarakat tak perlu berjalan ribuan langkah hanya untuk mendapat informasi. Dengan teknologi, jurnalis pers dapat lebih mudah menyampaikan berita kepada khalayak luas secara cepat dan lengkap.
Dunia pers telah memasuki revolusi industri 5.0 yang artinya kebebasan pemberitaan menjadi jauh lebih terbuka. Masyarakat berlomba-lomba menjadi yang pertama dalam segala hal, terutama pada penyebaran informasi. Pikir lalu tentang kebenaran, informasi dapat diberitakan oleh siapa saja dan di mana saja. Jika kita bicara tentang konsumsi berita, tidak jarang ditemukan informasi palsu di balik kemudahan akses media informasi.
Lebih disayangkan lagi ketika rentetan informasi palsu terus beredar, itu mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap pers. Jurnalis pers kini dihadapkan dengan perkembangan teknologi yang super cepat, jangan sampai kecepatan revolusi pers kalah dengan kecepatan revolusi industri. Itulah mengapa bagi dunia pers, anak muda yang tumbuh dewasa di era digital dan telah dilengkapi bekal pengetahuan teknologi, digadang-gadang menjadi kunci revolusi pers.
Anak muda pers harus memiliki komitmen untuk menjaga kualitas informasi yang dibagikan seperti yang telah diatur dalam Kode Etik Jurnalistik. Hal ini juga menjaga kepercayaan publik kepada pers. Selagi kualitas informasi yang diberitakan menjaga keakuratan serta kebenaran, maka dengan metode apapun publik akan tetap percaya pada pers.
Pers muda harus dibekali pengetahuan dari kalangan jurnalis pers profesional. Jurnalis muda terlebih dulu melatih diri dengan prinsip dasar jurnalistik serta pengetahuan mengenai UU Pers No 40/199 dan Kode Etik Jurnalistik sebelum mempublikasikan berita. Bagaimana pun, pers muda adalah juru mudi revolusi era digital, karyanya akan selalu ada dan menjadi penuntun bagi generasi selanjutnya.
Posisi pers muda adalah bibit berharga dalam jurnalistik nasional. Bagaimana kaum muda dididik akan menentukan arah poros jurnalistik nasional di masa depan. Jadi, sebelum pers muda terjun di dunia profesional, pers muda merupakan bagian dari pers nasional untuk mempersiapkan bibit-bibit berkualitas di dunia jurnalisme profesional.
Dalam proses pers muda tumbuh menjadi kader-kader berharga, jurnalistik muda ini memerlukan platform sendiri untuk mereka bebas menyuarakan pendapat. Bagaimana pemuda memperjuangkan isu-isu dari sudut pandang kaum muda. Suara pers muda perlu membawa keadilan, keberagaman, dan kebenaran. Pers muda perlu mendapatkan kebebasan berekspresi dan keberanian untuk mengulik isu-isu di masyarakat untuk perubahan intelektual serta kemajuan demokrasi yang berkembang selama revolusi.
Dengan kemajuan teknologi era kini, apakah sebenarnya menjadi tantangan atau justru menjadi rintangan para jurnalis muda? Ada puluhan atau bahkan ribuan platform media berbasis digital yang kini dengan mudah dijangkau, namun apakah hal itu mampu menampung suara pers muda? Pertumbuhan media online tidak semua memberikan manfaat bahkan bisa menjadi sebaliknya. Jika pertumbuhan media tidak dibarengi dengan ilmu kewartawanan dan jurnalistik yang baik maka media tersebut tidak memiliki syarat dan tidak membawa manfaat apapun untuk publik. Pertumbuhan media perlu diimbangi dengan kualitas lembaga dan wartawan untuk menghasilkan karya jurnalistik yang memenuhi syarat.
Dalam dunia industri media yang semakin kompleks dan berubah-ubah, pers muda harus terus berjuang untuk mempertahankan esensi jurnalistik mereka di tengah dominasi berbagai pihak. Jika kita melihat situasi saat ini, potensi dan kualitas yang memadai belum cukup untuk menghindari rintangan yang tak jarang dapat memukul mundur para pers muda. Penindasan terhadap kebebasan berekspresi bukanlah hal yang tak wajar untuk ditemukan. Tekanan politik dari kekuatan tertentu contohnya, hal tersebut dapat membungkam langsung suara dari pers muda.
Saat ini sudah menjadi tuntutan bagi pers muda untuk menemukan solusi-solusi kreatif dari permasalahan yang mereka hadapi. Generasi muda memiliki kekuatan besar di era digital, sudah seharusnya ini menjadi senjata untuk mengambil kembali hak-hak bersuara yang telah sengaja dibungkam. Memanfaatkan teknologi, jurnalistik muda mampu dengan mudah untuk membawa revolusi pers mengejar kecepatan revolusi digital, menciptakan karya yang lebih inovatif dengan audiens yang lebih luas.
Pers kini milik kaum muda era digital. Sebagaimana pers lahir dari aspirasi kaum muda, kemudian pers akan dilanjutkan oleh kaum muda pula. Apa yang dibutuhkan pers saat ini adalah generasi yang telah dibekali oleh ilmu yang mapan, tak hanya soal keterampilan jurnalistik namun juga kesiapan mental seorang pers muda untuk menghadapi berbagai tantangan di dunia pers jurnalistik.
Demikian pula, bagaimana keterampilan pers muda adalah bagaimana jalan yang dipilih menuju masa depan pers. Sebab para pers muda adalah sebuah motor revolusi pers Indonesia.