Pihak Kampus dan Korban Telah Menyepakati Penyelesaian Masalah Kerugian
Kerusakan Motor Akibat Robohnya Plafon
Sumber: Dokumentasi Pribadi Saksi Mata (M. Ardianto)
Pemeliharaan fasilitas kampus merupakan hal yang sangat krusial karena hal ini menyangkut keselamatan dan keamanan warga di lingkungan tersebut dari kejadian yang tidak terduga, seperti halnya kejadian di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, tepatnya di parkiran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) 2 baru-baru ini (21/6), yaitu robohnya plafon yang kemudian menimpa motor yang parkir di bawahnya. Hal ini mengakibatkan beberapa motor mengalami kerusakan yang cukup parah. Menurut Kurnia Nur Khasanah (FISIP/21) selaku saksi mata yang melihat terjadinya tragedi tersebut menerangkan bahwa sebelum insiden plafon yang roboh itu terjadi, terdengar suara benda jatuh. Awalnya, ia tidak memedulikan suara tersebut hingga secara tiba-tiba plafon roboh. “Gak lama dari suara itu tuh tiba-tiba plafon yang dari atas tuh jatuh ke bawah dan menimpa 3 motor, ada motor Scoopy, ada motor Beat, dan ada lagi motor Nmax,” tambah Kurnia.
Kejadian tersebut memperoleh perhatian dari banyak orang. Pihak kampus dan mahasiswa di sekitar datang untuk melihat apa yang terjadi. Menurut keterangan dari Kurnia (26/6), mahasiswa dari laboratorium televisi yang pertama melapor ke Tata Usaha (TU) mengenai hal ini. “Pak Udin dan dosen lainnya datang ke parkiran belakang FISIP untuk melihat tempat robohnya plafon tersebut,” tutur Kurnia. Ia menambahkan jika kejadian tersebut langsung diinformasikan ke grup angkatan Ilmu Komunikasi (Ikom) 2021 untuk mencari tahu pemilik motor yang tertimpa robohan plafon. Dikonfirmasi jika salah satu pemilik motor tersebut adalah dari mahasiswa Ikom.
Menurut penuturan dari salah satu mahasiswa yang motornya menjadi korban, Salindri Bening Cahyani (FISIP/21), mengatakan bahwa saat itu ia sedang tidak berada di lokasi kejadian dan baru mendapatkan informasi dari grup angkatan jika terdapat motor yang tertimpa plafon. “Sekitar jam 3 atau 3.30 sore tadi, aku lihat info ini waktu di Mixue karena grup angkatan anak Ilmu Komunikasi sudah ramai banget dan aku juga lihat kejadian itu di status temanku,” tutur Salindri (26/6). Ia kemudian bergegas datang ke lokasi dan melihat ada 3 motor yang rusak, salah satunya adalah motor miliknya. “Rusak parah banget motor Scoopy-ku karena jok depannya hampir ngebelah gitu kayak gabusnya ke mana-mana, udah pecah juga body depannya terus ada goresan kasar gitu di spedometernya,” tuturnya.
Kejadian yang merugikan beberapa pihak ini kemudian ditanggapi oleh pihak kampus. Kedua belah pihak berdiskusi untuk menyepakati penyelesaian masalah kerusakan motor ini. Menurut Nurhadi selaku Wakil Dekan 2 FISIP menerangkan bahwa ada dua mahasiswa yang membuat laporan kerusakan motor yaitu pemilik motor Scoopy dan Honda Beat yang mengalami kerusakan parah di bagian jok dan penutup sebelah kanan motor. Pihak kampus tidak akan lepas tanggung jawab dan akan berusaha kooperatif dalam kejadian ini. “Kita tetap berusaha untuk bagaimana supaya motor tersebut menjadi lebih baik, ya meskipun gak akan bisa mengembalikan seperti saat dia beli,” tutur Nurhadi (3/7). Ia menambahkan bahwa persediaan jok motor di Ahass Honda Jawa Timur kosong sehingga harus memesan ke Jakarta. Hal ini membutuhkan waktu paling cepat sekitar 2 bulan untuk motor korban dapat diperbaiki.
Menanggapi adanya insiden ini, Nurhadi mengatakan bahwa setiap bangunan memiliki umur dan masa yang bisa diprediksi, serta ada yang tidak bisa diprediksi. Beberapa bangunan di FISIP 2 ada yang umur dan masanya tidak bisa diprediksi karena pengaruh dari air maupun cuaca sehingga diperlukan suatu pemeriksaan dan penanganan. “Pemeriksaan utama yang menyeluruh itu biasanya dilakukan setiap pergantian semester karena pada saat itu dinilai jika akan melakukan perbaikan tidak akan mengganggu aktivitas belajar mengajar,” tutur Nurhadi. Ia menambahkan untuk beberapa kondisi yang menghambat proses belajar seperti penyejuk udara atau proyektor mati maka akan ada petugas yang segera mengecek. Selain itu, saat ini solusi dalam mengatasi robohnya plafon, yaitu mahasiswa diimbau untuk menjauhi area plafon. Nurhadi menambahkan telah berkoordinasi dengan TU untuk memberi pembatas agar mahasiswa tidak parkir di bawah plafon untuk sementara ini.
Robohnya plafon tentu membuat mahasiswa khawatir dan takut kejadian yang sama terulang. “Iya ada rasa khawatir karena gedungku di FISIP 2. Jadi, di mana lagi aku parkir kalau gak di belakang,” tutur Salindri. Kurnia juga mengutarakan kekhawatirannya. “Jelas khawatir soalnya kebanyakan kita itu parkir di bawah plafon karena di situ adem. Jadi, kalau di situ plafonnya rapuh ya was-was banget,” tutur Kurnia. Dari kejadian ini, pihak kampus seharusnya bisa lebih teliti lagi dalam melakukan pemeriksaan atas bangunan yang ada karena segala kemungkinan kejadian dapat terjadi. Beruntung kejadian plafon roboh tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Berdasarkan insiden ini, keamanan dan kenyamanan warga kampus adalah tanggung jawab bersama yang harus diperhatikan. (ann/azl/tts)