Sirkulasi Parkir Memadat akibat Volume Kendaraan Meningkat

Minimnya Lahan, Palang Otomatis, hingga Antrean Panjang Kendaraan Roda Dua 

Antrean Keluar Kendaraan Bermotor Roda Dua di Gerbang 2

Sumber: Twitter @yupien_fess

Bertambahnya jumlah mahasiswa setiap tahun menyebabkan jumlah kendaraan yang ada di kampus turut meningkat. Peningkatan volume kendaraan ini dapat dilihat dan dirasakan dari penuhnya setiap lahan parkir yang ada di dalam kampus dan mengularnya antrean keluar pada gerbang di jam tertentu. Penggunaan gerbang dibagi berdasarkan kendaraannya. Gerbang 1 diperuntukkan untuk kendaraan roda empat, sedangkan gerbang 2 dan 5 untuk kendaraan roda dua. Hal ini mempertanyakan kembali mengenai gerbang 3, 4, dan 6 yang dapat menjadi alternatif untuk mengurangi antrean yang menumpuk di satu gerbang saja. 

Antrean panjang terjadi di waktu krusial, yaitu sekitar pukul 12 siang dan 4 sore saat jam pulang mayoritas mahasiswa. Hal ini turut mendapat keluhan dari mahasiswa, baik pengguna motor maupun mobil. Amira Balqhis (FIK/21) sebagai mahasiswa yang mengendarai mobil berpendapat mengenai antrean panjang tersebut. “Sebenarnya terganggu nggaknya mungkin sedikit terganggu tapi masih bisa dimaklumi ya karena namanya juga mahasiswa kalau pulang kan waktu di jam yang berbarengan ya jadi masih bisa dimaklumi,” ujarnya. Dari sudut pandang pengguna kendaraan bermotor roda dua, Esya Ananta (FISIP/21) mengungkap bahwa antrean panjang cukup mengganggu karena ia harus membuang waktu untuk mengantre, padahal kampus memiliki 6 gerbang yang jika dioperasikan semua dapat mengurangi penumpukan antrean di satu gerbang saja.

Mengenai gerbang 3 dan 4 yang ditutup, Abdul Azis Lao Meutia sebagai Plt. Ka. Biro Umum dan Keuangan turut memberi tanggapan. “Ya, jadi memang mengapa tidak semua gerbang dibuka. Gerbang 3 dan 4 ini kan memang gedungnya pimpinan, yang di sini banyak kegiatan rapat. Makanya kadang-kadang ada rapat di atas atau di ruang bromo atau arjuno terus sepeda motor sliwer-sliwer, bising rasanya,” ungkapnya. Abdul Azis juga menambahkan informasi mengenai pembangunan di kampus yang mempengaruhi parkir yang tidak terstruktur. Ia mengungkap bahwa penataan parkir yang tidak terstruktur disebabkan oleh pembangunan yang masih berjalan dan tidak memungkinkan untuk membuka gerbang 6 karena digunakan untuk mobilisasi alat-alat pembangunan yang dapat membahayakan mahasiswa.

Beberapa bulan lalu, pengadaan mesin karcis otomatis sempat diberlakukan di gerbang 2. Perihal ini, pihak kampus, Plt. Ka. Biro Umum dan Keuangan memberikan tanggapannya. “Itu sebenarnya, produk itu ada karena hasil penelitian dosen. Jadi beberapa dosen mendapatkan anggaran penelitian yang mungkin salah satu output-nya hasil penelitian itu adalah terkait dengan bagaimana parkir otomatis. Memang output-nya harus diuji coba di sana, tetapi kemarin sempat saya ke lapangan juga, saya lihat kok pakai itu malah memanjang antriannya itu. Lebih cepat yang parkir manual biasa,” ujar Abdul Azis. Ia juga mengatakan bahwa keberlanjutan proyek palang otomatis di gerbang masuk akan ditinjau ulang dari segi efektifitas dan efisiensi sehingga tidak akan menimbulkan antrean yang panjang seperti sebelumnya.

Penuhnya lahan parkir turut menjadi hal yang disoroti oleh mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT). Amira menuturkan bahwa lebih sering memarkirkan kendaraannya di FISIP karena menurutnya lahan parkir di fakultasnya tidak besar dan jalanannya buruk. Pendapat mengenai kurangnya lahan parkir juga disampaikan oleh Avi Triani (FT/21). “Kalau menurutku sih cukup, tetapi kan ada mahasiswa yang kadang parkirnya tuh di kantin, di depan fakultasnya langsung, itu sih yang mengganggu, karena sudah disediakan tempatnya sendiri. Tercukup atau tidaknya (lahan parkir) sebenarnya cukup cuma orang-orang aja yang seringnya kalau parkir tidak sesuai tempatnya,” ungkap Avi.

Keresahan terkait lahan parkir yang dinilai tidak cukup ini mendapat tanggapan dari pihak kampus. “Sebenarnya lahan parkir itu tidak kurang. Mengapa kok kadang-kadang parkiran itu semrawut, ya karena mahasiswa tidak menempatkan parkirnya di tempat parkir yang seharusnya. Mereka hanya menginginkan parkiran yang dekat dengan gedungnya. Kalau seumpama semua mahasiswa itu menyadari bahwa parkir itu ya di lahan parkir, ya saya kira sudah cukup,” tanggap Abdul Azis.

Berbagai kegelisahan yang dirasakan perihal parkir kendaraan di lingkungan kampus memunculkan harapan dari mahasiswa kepada sesama mahasiswa untuk memarkirkan kendaraan sesuai dengan tempatnya. Abdul Azis sebagai pihak kampus juga menyampaikan mengenai usulan parkir sepeda motor dengan model bertingkat yang kemungkinan akan dibangun di samping Bozem, tepatnya di antara FAD dan Bozem. Dengan adanya rencana tersebut, diharapkan dapat memberi fasilitas yang lebih baik bagi mahasiswa yang membawa kendaraan roda dua dan memberikan ruang parkir lebih bagi kendaraan roda empat. (ila/lvn)

Post Author: pers-upn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *