Pembelajaran Kultur Budaya Antarpulau Melalui Pertukaran Mahasiswa Merdeka

Modul Nusantara Menjadi Senjata untuk Implementasi Nilai Kebinekaan

Sosialisasi Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 Tahun 2022

Sumber: Zoom Meeting dengan Ditjen Diktiristek

 

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti) menyelenggarakan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) angkatan ke-2 pada tahun 2022. Program ini merupakan program pertukaran mahasiswa dalam negeri selama satu semester dari satu pulau ke pulau lainnya. Program tersebut memberikan kesempatan bagi mahasiswa program sarjana (S1) untuk belajar selama satu semester di perguruan tinggi penerima pada semester gasal 2022/2023 dengan menempuh maksimum 20 Sistem Kredit Semester (SKS).

Selaku Wakil Rektor 1, Sukendah menuturkan bahwa tujuan program ini terkait wawasan kebangsaan dan rasa cinta tanah air. “Supaya mereka mengenal juga, berbaur dengan mahasiswa dengan perguruan tinggi lain. Maka dari itu dipersyaratkan tidak berada dalam satu pulau. Jadi, jika di dalam satu pulau budaya misalnya sesama pulau jawa kan hampir sama ya,” jelasnya. Dari lain pendapat, Tri Mujoko selaku ketua koordinator PMM 2 di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) menjelaskan mengenai SKS yang akan dibagi dalam dua kriteria, yang pertama sejumlah 20 SKS akan diambil oleh mahasiswa di perguruan tinggi penerima dan yang kedua yaitu sejumlah 6 SKS yang diambil oleh mahasiswa dari perguruan tinggi asal dan 16 SKS yang akan diambil di perguruan tinggi penerima. “Nah, dari 20 SKS konversi itu maka akan diambil modul nusantara ya ini, modul nusantara itu ada 4 SKS sendiri. Kalau kemarin modul nusantara hanya diberi 2 SKS, untuk tahun ini diberi 4 SKS. Jika mengambil 20 SKS di tempat perguruan tinggi penerima itu, ada 16 SKS mata kuliah kemudian yang 4 SKS modul nusantara,” tambahnya. Tri Mujoko juga menjelaskan bahwa UPNVJT juga menyediakan untuk modul nusantara serta 14 mentor yang akan membantu para mahasiswa agar dapat berbaur dengan mahasiswa lainnya.

Amir Khoirudin (FH/20) menjelaskan bahwa Liaison Officer atau mentor seperti dirinya bertugas memfasilitasi seluruh kebutuhan peserta program PMM di UPNVJT mulai kebutuhan teknis hingga sebagai narahubung kegiatan. Mentor lain seperti Qanita Marsha Putri Hardian (FEB/20) juga menjelaskan bahwa mahasiswa yang menjadi mentor di program tersebut akan bertanggung jawab dalam membuat laporan pertanggungjawaban (LPJ) yang berisikan kegiatan mahasiswa PMM dan anggaran dana yang telah diberikan.

Sementara itu, Leli Esterina (FISIP/20), salah satu mahasiswa UPNVJT yang mengikuti PMM menjelaskan alasan dan motivasinya dalam mengikuti program tersebut, “Jadi aku termotivasi karena yang pertama dan segi pembiayaan itu dibiayai entah itu biaya transportasi, akomodasi, maupun uang saku, juga dibantu dengan biaya potongan UKT,” jelasnya. Leli diterima di Universitas Sumatera Utara (USU) yang berlokasi di Pulau Sumatera. Ia menjelaskan bahwa informasi dan bantuan yang diberikan oleh pihak kampus sangat membantu dirinya secara personal. Berbeda dengan Leli, Fani Rahma Sandi (FISIP/21) memilih Universitas Udayana di Bali sebagai tujuannya. Fani menjelaskan bahwa dalam modul nusantara terdapat refleksi, juga permotivasian dari tokoh-tokoh inspiratif dari daerah perguruan tinggi penerima. Dalam program tersebut, mahasiswa juga melakukan pengabdian sosial, setiap mahasiswa diberikan dana untuk melaksanakan bantuan sosial. 

Terkait harapan, Fani mengharapkan integrasi informasi yang terpusat agar tidak ada misinformasi yang dialami mahasiswa. Selain itu, menurutnya rangkaian kegiatan seperti pembekalan yang diundur juga dapat dijadikan evaluasi. Sementara itu, Leli berharapa agar server yang digunakan untuk rangkaian kegiatan agar diperbaiki agar berfungsi secara optimal. Mengenai kriteria kelulusan, Leli juga mengharapkan adanya transparansi dari pihak panitia. (sya/duz/bae)

 

Post Author: pers-upn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *