Girl Up, Tawarkan Persamaan Persepsi Feminim dan Maskulin di Lingkungan Perkuliahan

Komunitas yang Mengawali Tonggak Perjuangan Kesetaraan Gender di UPNVJT

Kegiatan Welcoming Party Girl Up UPNVJT Periode 2022

Sumber: Dokumentasi Pribadi Girl Up UPNVJT

 

Girl Up merupakan salah satu komunitas yang didirikan oleh United Nations Foundation (UNF) pada tahun 2010 yang berperan dalam mengadvokasi kesetaraan gender di seluruh dunia. Setelah diikuti oleh beberapa perguruan tinggi di Jawa Timur, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) akhirnya menjadi salah satu bagian dari Girl Up. Komunitas ini mulai terjun ke media sosial pada (12/2) dengan 12 founder yang kini tumbuh menjadi 32 anggota. Tentunya pada periode ini Girl Up UPNVJT menjalankan kepengurusan perdana dengan sorotan isu yang mengacu pada Girl Up Indonesia yang terdiri dari kesetaraan gender, kekerasan berbasis gender, pendidikan, pernikahan anak, serta kemiskinan dan diskriminasi sosial. 

Rachma Yasin (FEB/19) selaku Ketua Girl Up UPNVJT mengaku optimis dengan berdirinya komunitas ini. Dengan rentang waktu yang sebentar, praktis baru agenda open recruitment  saja yang terlaksana. Pada agenda selanjutnya, Girl Up berupaya menjalin kerja sama dengan organisasi mahasiswa dan memilih dosen sebagai narahubung di UPNVJT. Perencanaan fasilitas berupa mediasi ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan konsultasi ke psikolog untuk korban, komunitas berharap dapat turut andil menyelesaikan permasalah gender dan kekerasan seksual di kampus. “Kita melihat di UPNVJT sendiri belum ada wadah yang bisa menjadi tempat aman untuk teman-teman perempuan. Kita hadir untuk menciptakan platform yang ramah terhadap perempuan serta meningkatkan hak perempuan itu dengan belajar tumbuh dan memberi dampak pada tiap perempuan oleh pengetahuan dari diri mereka sendiri,” ujar Rachma. 

Mengenai langkah solutif dan partisipatif kampus melalui pengesahan Peraturan Rektor (Pertor) tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan UPNVJT, Rachma menyambut baik hal tersebut. “Itu sudah cukup untuk menjadi payung hukum, tetapi poin lainnya dapat diperinci karena konteksnya masih memuat garis besarnya saja,” ujarnya. Perlu digaris bawahi juga bahwa laki-laki juga memungkinkan mengalami kekerasan atau ketimpangan gender. Melalui hadirnya Girl Up di UPNVJT ini ditujukan untuk membuka pemikiran bahwasanya gender equality tidak terbatas pada salah satu gender saja. 

Fatma Putri Nuriawanti (FEB/19) Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Girl Up UPNVJT telah mengikuti kampanye serupa sebelum bergabung dengan Girl Up. Fatma merasa mampu untuk menyalurkan dan menyuarakan serta menampung aspirasi korban kejahatan seksual sebagai seorang penyintas, karena tidak semua korban memiliki cukup keberanian untuk menyuarakan haknya. Dengan adanya komunitas Girl Up, dapat memberikan lingkungan yang lepas dan bebas dari kegiatan berbasis gender seperti kejahatan seksual baik verbal maupun fisik dan ruang penerimaan yang bebas dari diskriminatif bagi mahasiswa maupun mahasiswi di kampus. “Lambat laun hal ini dapat membentuk suatu lingkungan di mana perempuan dan laki-laki akan lebih menghargai satu sama lain, bukan dipandang lebih tinggi atau lebih rendah berdasarkan kategori gender, melainkan berdasarkan kemampuan mereka dalam menjalankan dan melakukan suatu pekerjaan,” imbuhnya.  

Menurut perspektif mahasiswa, Dyah Ayu Lingling Tristanti (FT/20) mengungkapkan bahwa sejalan dengan berdirinya komunitas Girl Up di UPNVJT akan membawa dampak positif terhadap pihak kampus. “Itu nanti kan kaya dapat citra atau pandangan yang bagus kaya misal, wih di UPN nih ada Girl Up berarti di sana kesetaraan gendernya bagus, tentang pemberdayaan perempuannya tuh aman dan bener-bener diperhatikan gitu, akhirnya dari situ pihak kampus dapat citra yang baik dan mahasiswa perempuannya tuh merasa aman dan dia tuh merasa dilindungi,” jelasnya. Shanti Septiana Rachmasari (FEB/21) juga mengungkapkan ke depannya komunitas Girl Up ini bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi para perempuan di lingkungan kampus.

Harapan Rachma selaku ketua Girl up yaitu komunitas ini diharapkan dapat menjadi save place maupun tempat berkembang bagi teman-teman perempuan sebagai kaum marjinal yang ruang gerak mereka dibatasi. Sementara itu, Fatma  berharap mahasiswa maupun mahasiswi UPN Veteran Jawa Timur berhak bertumbuh menjadi generasi 4.0, di mana mereka berhak untuk melawan penindasan, memperjuangkan hak dan prinsip, serta memperbaiki budaya organisasi yang bersifat diskriminatif. Mereka berhak memperjuangkan hak sebagai seorang manusia yang layak dan didengar. “We are here, come and learn with us. Let’s fight this together,” pungkasnya. Terakhir, Dyah juga berharap bahwa Girl Up ini dapat meningkatkan keberanian kaum perempuan untuk bertindak, menjadi wadah kaum perempuan untuk speak up dan bercerita, dan memberikan edukasi mengenai kekerasan seksual di lingkungan kampus. (muj/haf/vda)

Post Author: pers-upn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *