Keputusan Fakultas Timbulkan Berbagai Alasan dan Penjelasan
Foto salah satu kegiatan pembelajaran secara hybrid di Fakultas Pertanian UPNVJT
Sumber : Dokumentasi Pribadi Persma
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) mulai menerapkan sistem perkuliahan luring beserta hybrid pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 yang dimulai pada bulan Februari. Mahasiswa yang duduk pada semester dua dan empat akan berpartisipasi dalam sistem perkuliahan ini. Terhitung sejak Senin (7/2) kegiatan perkuliahan secara hybrid telah dilaksanakan oleh beberapa fakultas, diantaranya Fakultas Pertanian (FAPERTA), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), serta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), sedangkan untuk beberapa fakultas lainnya masih melakukan perkuliahan secara daring. Namun, di tengah perkembangan Covid-19 varian Omicron yang tengah melonjak, pelaksanaan perkuliahan secara hybrid ini ternyata tidak berlangsung lama.
Beberapa fakultas menerapkan kebijakan masing-masing yang mengacu kepada pelaksanaan tridarma serta koordinasi dengan pihak kampus yang berkaitan dengan perkuliahan tatap muka. Dr. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Teknik (FT) menyampaikan bahwa kebijakan yang dibentuk oleh fakultas disampaikan kepada program studi untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan sistem perkuliahan ditentukan oleh fakultas. FT sendiri merupakan fakultas yang belum melaksanakan perkuliahan secara hybrid dikarenakan beberapa pegawai organik positif Covid-19. Namun, sebelumnya FT sudah menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) terkait perkuliahan yang akan dilaksanakan secara luring berupa menyediakan alat pengukur suhu, hand sanitizer, scan peduli lindungi, serta membedakan jalur masuk dan keluar agar tidak terjadi kerumunan. Untuk perkuliahan di dalam kelas dengan metode luring, ditetapkan kapasitas maksimal yaitu 50% dari kursi yang disediakan serta diperketat dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M). Kemudian dalam penyelenggaraan perkuliahan hybrid salah satu fakultas yang telah melaksanakan kegiatan ini adalah FH dengan mengikuti protokol yang sangat ketat. Hal ini disampaikan oleh Arief Rachman Hakim, SH., MH selaku dosen FH. Menurut beliau, kampus menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat, termasuk prosedur bilamana terjadi gejala yang dialami oleh mahasiswa, dosen, atau tenaga kependidikan. “Kami sudah siapkan mitigasi darurat atau force majeure-nya, misalkan nomor kontak darurat, ambulans kampus, dan lain sebagainya sudah kami siapkan sebagai upaya kami untuk menomorsatukan kesehatan dan keselamatan civitas academica. Tentu saja upaya preventif sudah pula kami atur dan jalankan, misalkan check dan recheck setiap waktu di kelas, terutama ketika melakukan pembelajaran terhadap kondisi masing-masing orang dan meng-encourage agar tidak takut untuk melapor bila ada gejala,” ujarnya saat diwawancarai melalui Whatsapp (9/2).
Berbeda dengan FH, FEB yang memiliki kebijakan untuk mahasiswanya memilih untuk mengikuti perkuliahan secara hybrid atau daring, telah mengeluarkan surat resmi mengenai perubahan pelaksanaan kegiatan perkuliahan dari hybrid menjadi daring yang bersifat masih tentatif. Hal ini terjadi setelah dua hari perkuliahan hybrid dikarenakan aspek kesehatan dan keselamatan dari tenaga kependidikan dan juga mahasiswa. Menanggapi adanya berbagai polemik dan juga perbedaan kebijakan di setiap fakultas ini, Minto menjelaskan bahwa pada rapat koordinasi antara dekan dengan rektor, akan dilakukan tracing semua fakultas beserta rektorat untuk memperoleh data seluruh civitas academica yang positif Covid-19. Apabila persentasenya tinggi, maka akan tetap daring, sebaliknya apabila stagnan maka akan dilaksanakan secara hybrid. Lalu, dalam perkuliahan antara luring dan daring tidak ada perbedaan yang spesifik dengan mengacu pada Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Dr. Hesty Prima Rini, SE, MM sebagai dosen program studi Manajemen menyampaikan bahwa kegiatan perkuliahan ke depannya, sebagai civitas academica yang diwajibkan menggunakan e-learning sebagai media pembelajaran di UPNVJT dan menyarankan untuk meningkatkan kualitas e-learning agar dapat digunakan secara optimal baik oleh dosen maupun mahasiswa. Selain itu, perkuliahan luring akan dilaksanakan jika kondisi sudah membaik menurutnya. Di samping itu, mahasiswa juga menanggapi terkait sistem perkuliahan saat ini. Diva Faradhila (FH/21) mengatakan bahwa dirinya merasa kebijakan wajib hybrid yang diterapkan di fakultasnya sudah tepat. Hal ini dikarenakan kemudahan bertemu dengan teman-teman. Wafiq Nuril (FEB/21) dan Finda Rohmatin (FEB/20) sebagai mahasiswa yang juga memilih untuk tetap luring menyatakan pendapat yang berbeda, mereka merasa lebih paham tentang materi yang disampaikan oleh dosen dan tidak akan terganggu oleh masalah jaringan.
Tentu harapan dari sebagian besar mahasiswa adalah tetap diterapkannya kuliah hybrid di UPNVJT menggunakan sistem NPM ganjil atau genap dengan kuota tidak lebih dari 25 orang. Hal ini juga didukung oleh Minto, “Saya berharap dosen serta mahasiswa sudah ter-tracing sehingga semuanya berjalan normal luring dari semester 1-8 dalam hal ini yaitu semester 2, 4, 6, dan 8 dengan disiplin menerapkan 3M. Diketahui bersama, bahwa dalam perkuliahan secara daring mahasiswa yang aktif hanya 40% dan kalau kita bisa menyampaikan proses pembelajaran dan diterima mahasiswa bisa mencapai 50%”. Arief juga mengatakan bahwa perkuliahan hybrid di universitas saat ini patut diapresiasi mengingat banyaknya resiko yang akan dihadapi nantinya. Keberhasilan pembelajaran tatap muka juga bergantung pada diri masing-masing. “Yang penting saling menjaga, saling mengingatkan dan mau diingatkan satu sama lain, menerapkan dan menguatkan kembali protokol kesehatan. Semakin kita saling menguatkan masing-masing, berpikiran positif, tidak overthinking di keadaan apapun, menjaga fisik agar tetap fit, insyaallah kita semua akan tetap terjaga dan perkuliahan kita nantinya akan berangsur-angsur normal kembali seperti sedia kala,” pungkasnya. Maka dari itu, pihak kampus diharapkan juga harus memperketat protokol kesehatan yang ada agar penyebaran virus tidak terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan dapat memberikan kejelasan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran demi kenyamanan seluruh civitas academica. (muj/haf/vda)