Rektor: UPNVJT Harus Terdepan dalam Aksi Bela Negara Yakni Anti Korupsi
Kuliah Tamu KPK di Auditorium Gedung Kuliah Bersama Widya Muadyasa (15/11)
Sumber: Dokumentasi Pribadi Persma
Senin (15/11) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) mengadakan Kuliah Tamu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Integritas Bangsa”. Acara ini merupakan kerja sama antara UPNVJT dan KPK dalam rangkaian hari Anti Korupsi Sedunia yang diperingati pada 9 Desember 2021 mendatang. Kuliah tamu ini dilaksanakan secara luring dan daring. Secara luring bertempat di Auditorium Gedung Kuliah Bersama Widya Muadyasa UPNVJT dan secara daring melalui Zoom Meeting dan Youtube resmi UPNVJT. Kuliah tamu dimulai pada 11.00 WIB dengan narasumber Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, dan moderator Muhamad Mirwan, dosen Fakultas Teknik.
Kegiatan diawali dengan pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Bela Negara, doa, sambutan Rektor UPNVJT, pemaparan materi oleh narasumber, diskusi, menyanyikan lagu Bagimu Negeri, penyerahan cinderamata dan foto bersama, serta yang terakhir adalah penutup. Dalam sambutannya, Rektor UPNVJT, Akhmad Fauzi memaparkan bahwa UPNVJT harus maju dalam pemberantasan korupsi. “UPN sebagai kampus bela negara harus berjuang dalam melakukan aksi bela negara yakni anti korupsi. Sebagai seorang milenial lulusan dari UPN, harus maju terdepan dalam aksi pemberantasan korupsi, harus jujur karena dengan kejujuran kita bisa diterima di berbagai kondisi. Berdasar data yang didapat 86% pelaku merupakan seorang lulusan perguruan tinggi. Oleh karena itu perguruan tinggi harus mencetak lulusan yang anti akan korupsi,” tuturnya.
Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, memaparkan tentang pentingnya memberantas korupsi dari kampus. Nurul Ghufron juga menjelaskan tentang bagaimana pada sektor evaluasi hanya pengetahuan dan skill yang dinilai. Namun, tidak dengan integritasnya. “Jika perguruan tinggi hanya berorientasi pada uang maka akan terus tercetak koruptor. Banyak kasus yang terjadi seperti penangkapan 3 bupati berturut-turut di suatu daerah. Melalui kasus ini keluarga dari koruptor terpilih menjadi orang dalam pemerintahan. Ini menunjukan bahwa elemen bangsa sedang bermasalah. Kembalikan esensi dari mencari ilmu yang sebenarnya yaitu mencari kesenangan, mencari kebenaran, menjadi pembenaran. Jangan membuat ilmu untuk mencari uang. Kalau hidup hanya untuk kerja keras juga bekerja,” tuturnya. Nurul Ghufron juga berharap bahwa perguruan tinggi menyuplai tenaga tenaga yang bela negara. ”Kami berharap perguruan tinggi menciptakan sarjana sarjana yang anti dengan korupsi sehingga tidak tercipta bibit bibit baru koruptor, kami yang menangkap , perguruan tinggi yang menyetop”.
Dalam kuliah tamu ini, Nurul Ghufron juga mengutarakan jika orientasi sekarang perguruan tinggi menitikberatkan kepada uang dan pekerjaan. Lingkungan serta pelaku yang tertangkap juga menjadi potensi munculnya koruptor koruptor baru. Selain itu, Beliau juga menjelaskan tentang beberapa hal lain seperti integritas yang semakin terdesak dari pendidikan, indikator disorientasi, muatan akreditasi untuk mendukung pencegahan korupsi, indikator integritas, hingga capaian pendidikan pancasilais. Peserta pun nampak antusias dengan materi dan kegiatan ini dibuktikan dari partisipasi peserta dalam sesi diskusi untuk bertanya pada narasumber. Antusiasme juga digambarkan dari banyaknya peserta yang hadir secara daring melalui Zoom Meeting dan menonton melalui Youtube.
Amri (FP/19) mengungkapkan jika Amri mengikuti kuliah tamu ini dengan alasan ingin mengulas langsung mengenai korupsi dari tokoh dari KPK sendiri dan menambah ilmu. Menurut Amri, kuliah tamu ini kurang efektif dalam segi waktu. Amri merasa kurang puas dengan kuliah tamu kali ini. Namun, kekurangan ini ditutupi dengan pembawaan dari narasumber. “Pembawaan dari narasumber itu kan enak gitu, bahasanya bukan bahasa textbook. Mungkin kalau durasinya diperpanjang lebih enak.” Selain Amri, Saudi (FISIP/19) juga mengatakan jika kuliah tamu ini kurang efektif. Menurutnya pelaksanaan kegiatan kuliah tamu saat ini belum sepenuhnya efektif. Hal ini karena masih banyak mahasiswa di beberapa prodi yang tidak mengetahui kegiatan kuliah tamu. Namun, menurut Saudi, kuliah ini memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa diantaranya dapat meningkatkan wawasan mahasiswa dalam suatu bidang atau aspek kehidupan mahasiswa yang tercantum dalam kurikulum. Pelaksanaan kuliah tamu ini juga memberikan penyegaran proses pembelajaran mahasiswa.
Selain Amri dan Saudi, Arya Baharudin (FEB/120) berpendapat lain. Arya menganggap kuliah tamu ini sangat efektif untuk meningkatkan integritas bangsa di kawasan kampus ini karena membuat mahasiswa sadar akan pentingnya integrasi bangsa. Arya pun mengaku senang bisa mengikuti kuliah tamu ini. Arya harapan kegiatan seperti ini semakin banyak agar banyak mahasiswa maupun masyarakat bahwa penting sekali untuk mengetahui integritas bangsa tersebut dan berharap kuliah tamu ini bisa diselenggarakan secara luring sehingga mahasiswa lebih aktif dan ilmu yang disampaikan terserap lebih banyak. (fky/akb/frz)