Beberapa Kendala Dialami Dosen, Mulai Dari Masalah Jaringan Hingga Fasilitas
Sumber : Freepik
Kasus Covid-19 di Indonesia, khususnya di Surabaya telah menurun. Hal ini menyebabkan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) memperbarui kebijakan sistem pembelajaran. Terkait sistem pembelajaran untuk mahasiswa, UPNVJT masih menerapkan sistem daring. Namun, mulai Senin (1/11) UPNVJT mewajibkan dosen UPNVJT untuk masuk secara luring atau Work from Office (WFO). Hal ini dibenarkan oleh Dekan Fakultas Pertanian (FP), Nora Agustien. Nora mengungkapkan jika setelah bekerja secara daring di rumah atau work from home (WFH), suasana masuk kampus secara luring berjalan kondusif dengan menaati protokol kesehatan (prokes) dan bermasker. Untuk alasan WFO dosen UPNVJT, Moch. Arifin selaku Wakil Dekan III FP mengungkapkan jika wajibnya WFO bagi dosen UPNVJT adalah karena kementrian sudah memutuskan untuk mewajibkan masuk secara WFO.
Meskipun peraturan diwajibkannya WFO bagi dosen mulai bulan November, Moch. Arifin mengaku dari awal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah masuk ke kampus secara luring karena Arifin merupakan seorang Wadek. Untuk hambatan, Arifin mengatakan bahwa sebelum penerapan kebijakan yang mewajibkan dosen untuk luring, ada masalah yang terjadi karena fasilitas di UPNVJT belum memadai. Misalnya masjid, sinyal yang tidak stabil, dan ruangan rekan dosen yang berdekatan sehingga saat pembelajaran akan mengganggu dosen lainnya. Arifin menambahkan bahwa tidak ada peraturan tambahan saat WFO, “Tidak ada, Mungkin hanya absen diatur untuk bisa dilakukan di area kampus. Saat sebelum adanya pandemi ini menggunakan fingerprint, namun untuk mengurangi risiko maka absen dilakukan secara digital,” ujarnya. WFO pun dilaksanakan tetap secara penuh.
Eko Wahyudi, Koordinator Program Studi (Prodi) Ilmu Hukum mengungkapkan jika sebenarnya selama ini dosen dan staf tidak sepenuhnya WFH. Fakultas dibebaskan untuk menentukan jadwal piket untuk dosen. Namun, jika ketika keadaan dianggap mengkhawatirkan maka dilakukan WFH secara keseluruhan. Eko mengungkapkan jika dengan wajib masuknya dosen UPNVJT ini dapat mempermudah koordinasi. Namun, sama seperti dosen lain, Eko memiliki hambatan ketika WFO. Bagi Eko, yang menjadi hambatan adalah ketika dosen berdomisili di luar Surabaya. Hal itu menyebabkan para dosen harus kembali menata untuk kebutuhan kontrakan atau kos. Eko berharap UPNVJT mengambul kebijakan untuk melakukan sistem pembelajaran luring secara bertahap bagi mahasiswa atau hybrid.
Selain Eko, dosen Prodi Akuntansi, Dwi Suhartini menjelaskan bahwa Dwi lebih menyukai bekerja di kampus. “Saya sendiri suka offline dikarenakan dapat bersosialisasi dengan dosen-dosen. Kalau daring, saya rapat sampai tengah malam dan jadwal kegiatan sering bertabrakan, jadi fokus saya terbagi. Di saat offline jarang sekali jadwal saya bertabrakan. Apalagi saya seorang ibu, jadi sering dibutuhkan di rumah untuk mengurusi anak dan suami saya,” ujarnya. Dwi mengaku memiliki beberapa hambatan saat kembali luring ialah printer di ruangannya sudah rusak dikarenakan sudah lama tidak dipakai. Dwi juga harus menata jadwalnya lagi dan buku-buku yang ada di rumah harus dibawa kembali ke kampus. Kendala lain yang dialami Dwi adalah tentang jaringan di kampus yang lemah karena semua dosen sudah berada di UPNVJT. Harapan Dwi sama dengan Arifin, Dwi berharap sebagian mahasiswa masuk secara luring. “Mahasiswa 50% suka offline dan 50% suka online. Diprioritaskan untuk pembelajaran daring dari mahasiswa luar kota dan luar pulau, sedangkan mahasiswa yang sekitar UPN offline.”
Di sisi lain, Dwi Wahyuningtyas, salah satu dosen prodi Ilmu Hukum mengungkapkan jika untuk dosen Fakultas Hukum (FH) sendiri melaksanakan WFH sampai akhir Agustus. Di bulan September dosen UPNVJT sudah mulai masuk secara luring, tapi tidak setiap hari. Kemudian pada bulan Oktober, dosen yang kerap disapa Tyas ini mengungkapkan jika sudah mulai masuk setiap hari. “Sudah lama mengajar melalui daring jadi harus menyesuaikan untuk mengajar di kampus, apalagi ada gangguan karena FH lagi membangun gedung,” ujarnya. Tyas juga mengungkapkan jika antusiasme dosen yang luring juga bagus. Tyas juga mengaku senang karena bisa bertemu dengan delapan dosen muda lain seperti dirinya. Untuk hambatan yang dialami Tyas ketika luring adalah penyesuaian jam kerja sehingga Tyas harus lebih menyesuaikan diri. (fky/dhl/sal)