Kurangnya Minat Mahasiswa Hingga Dianggap Kewajaran Karena Pandemi
Foto Calon Presiden dan Wakil Presiden BEM FEB terpilih, Khoirur dan Dicky. Sumber: Instagram pemirafebupnvjt
Kamis (22/4) telah dilaksanakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Pemilu BEM FEB) periode 2021/2022. Pemungutan suara dilakukan melalui aplikasi voting Helios mulai pukul 07.00-18.00 WIB dan dilanjutkan rapat pleno penghitungan suara pukul 20.00 WIB. Namun, berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini BEM FEB hanya mengusung satu pasangan calon yaitu Khoirur Rozikin (AK/18) dan Dicky Ramadhan N.P. (EM/18). Sehingga, Keluarga Mahasiswa FEB hanya disuguhkan pilihan antara Khoirur-Dicky dan kotak kosong atau tidak memilih pasangan calon. Hal ini tentunya bukan tanpa sebab sebagaimana yang diungkapkan Ketua KPU, Nico Akbar Priyambudi.
Nico menyebut, calon tunggal dalam pemilu ini dikarenakan kecilnya tendensi jurusan dan sifat egosentrisme tiap jurusan. Faktor lain yang disebutkan Nico yakni karena pimpinan organisasi mahasiswa jurusan di FEB ini adalah satu dan kuat, sehingga ada kemungkinan, tidak ada yang berani melawan Khoirur-Dicky dalam Pemilu. Sedang menurut Bella (AK/19) calon tunggal dalam pemilu ini sudah biasa. Namun, hal tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya menurut Bella, tongkat estafet kepemimpinan sudah pasti jatuh pada calon yang diajukan, sehingga pemilih tidak bingung menentukan pilihan. Sedangkan kekurangannya adalah pemilih tidak dapat membandingkan calon yang akan mereka pilih.
Rahman Amrullah Suwaidi, Wakil Dekan III FEB pun mewajarkan calon tunggal ini. “Kalau menurut saya karena sedang pandemi yang dapat membatasi gerak mahasiswa dan beralihnya sistem pembelajaran dari sistem offline ke sistem online, tuntutan belajar termasuk konsentrasi belajar menjadi lebih tinggi, sehingga perhatian terhadap hal-hal di luar perkuliahan dapat berkurang.”
Sementara itu, calon terpilih, Khoirur-Dicky mengaku tidak tahu terkait calon tunggal Pemilu BEM FEB. Mereka baru mengetahui lawannya adalah kotak kosong saat hari H. Kendati demikian, Khoirur-Dicky tetap mempersiapkan dengan baik. “Jadi terkait pencalonan ini memang harus disiapkan jauh-jauh hari, tapi ternyata saat hari H hanya ada satu calon. Kalau dari kami tetap mengacu pada peraturan Ormawa FEB, sehingga jika calonnya hanya satu memakai mekanisme kotak kosong.”
Pemilu FEB dengan calon tunggal ini akhirnya dimenangkan Khoirur-Dicky dengan total suara 369 dan kotak kosong 7 suara. Dengan terpilihnya Khoirur-Dicky, Naila (EM/20) berharap pasangan terpilih mampu amanah dan dapat mengemban tugasnya dengan baik sesuai dengan visi dan misi yang telah dipaparkan pada saat debat serta mampu mengayomi seluruh mahasiswa FEB. Selain itu, Galieh (EP/19) juga berharap kedepannya akan ada kemajuan dari periode sebelumnya dalam bidang advokasi atau bidang bidang lainnya, Galieh pun berharap BEM FEB bisa lebih merangkul tiga himpunan mahasiswa di FEB.(apt/fky)