Sempat Memanas dan hingga Malam tak Digubris Lembaga
Rabu (22/7) dilangsungkan kembali aksi mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT ) lawan keserampangan sebagai tindak lanjut atas aksi sebelumnya yang berlangsung pada 8 Juli 2020. Massa tergabung dalam aliansi mahasiswa UPNVJT membawa tuntutan yang sama dengan aksi sebelumnya, yaitu empat tuntutan yang berkaitan dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan dua poin lain tentang realokasi biaya sewa kantin dan asrama. Terdapat perbedaan dari aksi yang dilakukan sebelumnya, yakni mengenai rute aksi dan tujuan. Rute yang ditempuh dalam aksi ini bermula dari depan pintu 1 yang berlanjut dengan mobilisasi menuju pintu 4 melalui jalan raya. Mobilisasi yang dilakukan melalui jalan raya ini dipilih untuk menyesuaikan tujuan aksi, yakni untuk memberitahukan kepada masyarakat sekitar bahwa adanya kejanggalan di kampus UPNVJT.
Pemilihan tujuan tersebut tidak lepas dari deadlock yang berlangsung di UPNVJT berdasarkan pengumuman nomor 04 yang menyatakan pelayanan akademik UPNVJT yang berlangsung secara daring. Walau pemilihan mobilisasi di luar gedung UPNVJT, massa aksi sempat mencoba masuk UPNVJT. “Pertimbangan untuk memasuki kampus adalah kondisi lapangan saat aksi kemarin,” ujar Khoirur Roziqin selaku koordinator lapangan aksi. Masuknya massa aksi ke dalam UPNVJT sempat memicu tindakan represif dari pihak keamanan yang membuat massa aksi memblokade pintu 1.
Aksi massa kemarin juga sempat memicu kecaman dari kepala bagian umum UPNVJT, Sujianto. Sujianto menuturkan jika apa yang ia lakukan adalah bentuk pencegahan atas beberapa massa yang membawa pilok. “Kan saya cuma jaga fasilitas saya, mau demo silakan asalkan enggak rusak, kalau saya. Kalau rusak kan repot, itu barang Negara karena tugasku bidang 2,“ ujar Sujianto. Menanggapi hal ini, Khoirur memberikan klarifikasi jika pilok yang dibawa hanya untuk menulis di banner. Andre Prasetyo selaku humas aksi kemarin juga menanggapi bahwa mahasiswa sama sekali tidak memiliki tendensi untuk merusak fasilitas kampus atau melakukan tindakan vandalisme.
Akibat kecaman yang sempat dilakukan oleh Sujianto, beberapa massa aksi ada yang berniat menurunkan bendera depan rektorat. “Pada awalnya kawan-kawan terpancing provokasi yang dilakukan oleh kepala bagian umum, lalu ada sekitar tiga orang berniat menurunkan bendera sampai setengah tiang sebagai bentuk kabar duka matinya demokrasi kampus di UPNVJT,” ujar Andre. Massa yang terlibat dalam penurunan bendera akhirnya tidak melancarkan aksinya setelah diberi pengertian dan ditenangkan oleh massa aksi lain.
Titik kumpul aksi berakhir di depan gedung rektorat dimana masa aksi memaksa masuk setelah ditolak pihak UPNVJT untuk membuka pintu 2. Aksi berlanjut dengan pembakaran ban di depan gedung rektorat. Melihat tidak adanya delegasi dari pihak lembaga untuk menemui mahasiswa, massa lalu mengakhiri orasi dan menunggu di depan rektorat hingga adanya respons dari lembaga. Beberapa massa ada pula yang ke rumah rektor UPNVJT, Akhmad Fauzi. Mereka mendapat keterangan dari istri Akhmad Fauzi jika rektor tidak bisa ditemui karena sedang sakit.
Tiadanya delegasi dari pihak lembaga disampaikan oleh humas UPNVJT, Nizwan Amin. “Dari humas sudah koordinasi dengan Wakil Rektor (Warek 3) tentang aksi hari ini, dan dari Warek 3 sudah didelegasikan ke bidang kemahasiswaan, nah kalau sampai sore ini belum ada dari pimpinan yang menemui yaa mungkin ada pertimbangan lain,” ujar Nizwan. Ketika ditanya lebih lanjut mengenai tidakadanya delegasi dari pihak kemahasiswaan hingga malam, Nizwan menuturkan jika pihak kemahasiswaan sedang berhalangan hadir karena sedang melakukan verifikasi data keringanan UKT bagi mahasiswa yang sudah upload dan persiapan tahap 2 UTBK. Massa akhirnya meninggalkan gedung rektorat sekitar pukul sepuluh malam. Mengingat aksi hari ini yang belum membawa hasil, Khoirur menuturkan adanya kemungkinan diadakan aksi kembali. “Kita mau buat aksi yang lebih dari kemarin dan perjuangan enggak akan berhenti di sini,” tutur Khoirur.
Sebagai ganti atas tiadanya delegasi lembaga pada aksi kemarin, pihak lembaga telah mengadakan audiensi yang dihadiri oleh bagian kemahasiswaan, Wakil Dekan 3, dan Dekan tiap fakultas. Namun tidak ada satu pun masa yang hadir. “Karena enggak sesuai perjanjian awal,” ujar Khoirur saat ditanya mengapa tidak ada massa yang bersedia. Perjanjian awal yang dimaksud adalah dengan adanya rektor dalam audiensi bersama mahasiswa.(tuz)