Jangan Ribut di Dunia Maya

karya Anastasya Pratiwi
ilustrasi : bil

Budhe Lina: “Jam 4 sore kita videocall lewat grup WA ini aja, ya.”

Papa: “Iya, Mbak. Beres.”

Pakdhe Darso: “Dik, kamu gak ada tamu kan?”

Mama: “Gak ada, Mas. Tutupan semua. Jaman Corona gini mau ada tamu, bahaya. Takut.”

Budhe Lina: “Gimana si Dela? Bisa kan sayang? Udah saatnya break dari ngerjain skripsi, Nak. Waktunya kumpul sama keluarga ya harus kumpul, dong! Dandan yang cantik, yang rapi, ya.”

Papa: “Makan dulu, biar nggak kelaparan pas video call, Del.”

Mama: Ikut ya, Del. Mama sama Papa kangen sama kamu.”

     Dela memilih tidak menjawab, cuma memandangi layar HP-nya. Terharu sama perkataan Mama dan Papanya, tapi juga merasa tersindir sama perkataan Budhe Lina. Pengen banget rasanya mencak-mencak sendiri. Ya, namanya juga mahasiswi tingkat akhir yang mau lulus tahun depan. Jelas aja kelimpungan, dong!

     Kalau bisa ketemu, kayaknya Budhe Lina dan dirinya bakalan perang, deh. Apalagi kakak Ibunya yang asli Jogja itu pintar sekali bersilat lidah. Sayang, hal itu enggak bisa terwujud di lebaran tahun ini. Dela termasuk orang yang enggak bisa pulang ke kampung halaman. Secara, kuliahnya di Surabaya tapi asalnya dari Gorontalo.

     Bagaimanapun, keluarga itu yang utama. Daripada ngemis-ngemis dan maksa-maksa orang tua buat mengirim uang tiket pesawat, lebih baik digunakan untuk kehidupan sehari-hari di situasi ekonomi yang sulit ini. Lagian, Dela juga enggak mau ambil risiko. Walau rindu telah memenuhi dada, COVID-19 itu lebih mengerikan daripada kedengarannya! Jadi, anggaplah ketidakpulangannya ini sebagai bentuk kasih sayangnya kepada keluarga.

     “Assalamu’alaikum,” ucap Budhe Lina dan Pakdhe Darso bersamaan. “Wa’alaikumus salam,” jawab Papa dan Mama Dela.

     “Dik, Dela kok nggak online, ya?” tanya Budhe Lina. Papa dan Mama Dela saling berpandangan.

     “Makan dulu mungkin, Mbak. Tadi saya suruh makan dulu biar nggak kelaparan,” jawab Papa Dela.

     “Bisa jadi masih siap-siap, Mbak. Tadi Mbak sendiri yang nyuruh Dela dandan yang rapi, yang cantik. Ya ditunggu dong, Mbak. Anak gadis kalau lagi dandan memang lama,” Mama Dela benar-benar enggak ambil pusing atas keterlambatan anaknya.

     “Mbok ya, diajari kedisiplinan dan sopan santun anakmu itu, Dik. Masa’ video call aja telat? Gimana kalo di dunia nyata? Apalagi bentar lagi anakmu lulus, kerja. Dunia kerja itu jauh lebih keras daripada dunia kampus yang bebas,” cerocos Budhe Lina enggak kenal ampun. Mama Dela cuma bisa diam, nyalinya ciut kalau sudah mendengar kakaknya mengaum seperti singa.

     “Dik Lina, kalau bicara jangan kasar, dong! Momen lebaran seperti sekarang ini sebaiknya dimanfaatkan untuk bermaaf-maafan,” tegur Pakdhe Darso kepada Budhe Lina. Otomatis, Budhe Lina malu sendiri dan berlagak pasrah.

     “Dik, Mas minta maaf, ya. Mbak-mu ini juga minta maaf. Maksudnya bukan seperti itu, hanya agar Dela bisa lebih baik lagi. Tolong jangan diambil hati,” tambah Pakdhe Darso, kali ini mengucap maaf kepada Papa dan Mama Dela. Keduanya mengangguk dan tersenyum.

     “Assalamu’alaikum. Maaf Dela telat. Tadi muter-muter nyari beras sama gula soalnya habis. Selamat hari raya Idul Fitri. Minal ‘aidzinwalfaidzin,” kata Dela begitu terhubung ke room video call.

     “Wa’alaikumus salam,” jawab Budhe Lina, Pakdhe Darso, Papa dan Mama Dela.

     “Selamat hari raya juga, Del. Papa sama Mama juga mohon maaf, ya,” kata Papa Dela. Dela tersenyum.

     “Selamat hari raya, Del. Pakdhe sama Budhe minta maaf kalo ada salah kata maupun perbuatan,” kata Pakdhe Darso dengan suara beratnya. “Nggih, Pakdhe kaliyan Budhe (Baik, Om dan Tante).”

     “Ma, apa kabar, Ma? Kok tumben nggak ada suaranya? Padahal aku kangen lho, sama Mama,” Mama Dela menahan tawa.

     “Walaupun Mama ngomel ke kamu, kamu tetap kangen?” tanya Mama Dela dengan tawa renyahnya. “Iya, aku tetap kangen. Bawelnya Mama masih kalah sama bawelnya Budhe,” semua orang tertawa kecuali Budhe Lina.

     “Ehem… ehem… sudah puas ngetawain Budhe, Del? Sudah datangnya telat, ujung-ujungnya kisruh lagi,” ujar Budhe Dela dengan nada sinisnya.

     “Ya elah, Budhe. Dela cuma bercanda, kok. Jangan dibawa serius, lagi,”Budhe Lina memutar bola matanya.

     “Mas Joni sama Mbak Laras mana, Budhe? Kok nggak ikutan video call?”

     “Oh, mereka lagi sibuk sama orderan olshop, Del. Maklum, lebaran gini makin banyak orderannya,” Dela manggut-manggut, seakan mengamini perkataan Budhe Lina.

     “Heran aja, Budhe! Dela telat, Budhe selalu sewot. Giliran anak dan menantu sendiri nggak hadir, Budhe diem-diem bae. Katanya kumpul keluarga itu penting!” Papa dan Mama Dela merasa bakalan terjadi cekcok lagi.

     “Kamu sendiri kapan nikah, Del? Daripada ngebucin terus!” duarrr… Perang dunia meletus lagi!!!

Post Author: pers-upn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *