Samakan Persepsi Sebelum Turun ke Jalan
Mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur dari berbagai fakultas turut dalam aksi ‘Surabaya Menggugat’ yang tergabung dalam Aliansi Kekuatan Sipil, pada Kamis (26/9). Aksi tersebut diikuti sekitar 2.500 mahasiswa dengan nama ‘UPN Kolektif’. Mereka berkumpul di depan Giri Mart sebelum akhirnya bersama-sama menuju gedung DPRD Jawa Timur.
Meskipun sebelumnya pihak rektorat UPN “Veteran” Jawa Timur telah mengeluarkan surat yang menyatakan bersikap netral dan tidak terlibat dalam aksi, serta tetap mengadakan kegiatan perkuliahan dan pelayanan akademik seperti hari biasanya, tidak membuat semangat mahasiswa surut untuk tetap berpartisipasi mengikuti aksi.
Menurut Fikri (AK/17) selaku Koordinator Lapangan (Korlap) UPN Kolektif, tujuan dari diadakannya aksi ini adalah memberikan letupan-letupan kecil dari sisi sektoral, khususnya di Jawa Timur agar nantinya bisa diselesaikan secara tingkatan nasional. Sebelumnya, UPN Kolektif telah melakukan konsolidasi internal mahasiswa UPN “Veteran” Jawa Timur (24/9), untuk menyamakan persepsi atau pandangan mengenai tuntutan-tuntutan, teknis berjalannya aksi, dan tujuan dari aksi tersebut.
Terdapat koordinator di setiap fakultas yang bertugas untuk mengajak dan mengumpulkan mahasiswanya untuk mengikuti aksi. Fakultas Ilmu Komputer (FIK) menjadi salah satu fakultas dengan massa terbanyak, yaitu sekitar 200 mahasiswa. Ja’far Shodiq (TF/18) selaku Korlap FIK mengungkapkan bahwa animo dari mahasiswa FIK sendiri lumayan besar. “BEM juga sudah mengadakan konsolidasi dan banyak yang datang jadi nggak perlu susah-susah ngajak teman-teman,” ujarnya.
Tidak semua mahasiswa mengikuti aksi tersebut. Seperti Rafidah (Adbis/17), yang tidak mengikuti aksi karena terhalang oleh izin orang tuanya. Menurutnya untuk suatu bentuk bela negara tidak harus turun ke jalan mengikuti aksi, dapat juga dilakukan dengan tidak menyebarkan berita hoax. Berbeda dengan Rafidah, menurut Angelina (AK/17) ia ingin menggunakan hak-nya sebagai warga negara Indonesia untuk berpendapat dan sebagai mahasiswa yang menjadi agent of change dan agent of control, ia punya tanggung jawab untuk menyuarakan suara rakyat mengenai tujuh tuntutan tersebut.
Hal serupa juga disampaikan Feryan (Adbis/18). Menurutnya aksi seperti ini adalah hal yang biasa di negara demokrasi dan sangat penting untuk mengingatkan DPR RI agar bekerja serius, berhati-hati, serta penuh perhitungan yang tepat. “Untuk aksi di Surabaya, mahasiswa serta massa aksi yang lain termasuk berjalan dengan kondusif daripada di kota-kota lain sehingga membuat masyarakat sekitar aksi merasa aman. Harapannya semoga Indonesia bebas dari korupsi,” tutupnya. (del/drh)