Siap Tanggung 50 persen Dana Keberangkatan Mahasiswa
Sektor pendidikan tentu menjadi fokus yang tidak terlupakan dalam kerjasama antara Jawa Timur dan Australia Barat. Lewat program Sister Provinces, kedua pihak mengadakan berbagai kegiatan baik bagi tenaga pendidik maupun mahasiswa dengan harapan semakin eratnya hubungan yang terjalin. Salah satunya adalah Student Mobility, yakni pertukaran pelajar yang melibatkan lima universitas milik pemerintah Australia Barat dan sepuluh universitas negeri di Jawa Timur, termasuk UPN “Veteran” Jawa Timur.
Wulan Retno, selaku Ketua Pusat Bahasa serta pengurus Foreign Affairs UPN “Veteran” Jawa Timur menjelaskan, program ini bertujuan untuk saling memperkenalkan kebudayaan masing-masing daerah sehingga terjadi kesepahaman budaya antar keduanya. Di samping itu, mahasiswa diharapkan mampu mengasah kemampuannya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Selama berada di Australia, kegiatan yang akan dilakukan meliputi observasi akademik, dan mempresentasikan apa yang di catat selama kegiatan berlangsung pada hari terakhir kegiatan. Presentasi yang dilakukan akan dilombakan bagi semua perwakilan universitas dari Jawa Timur yang berpartisipasi.
Ia juga menjelaskan bahwa Australia Barat meminta dua orang perwakilan dari masing- masing sepuluh universitas negeri di Jawa Timur. “Tetapi karena banyak yang berminat, kita masih bernegosiasi dengan Australia apakah bisa mengirimkan lebih dari itu (dua perwakilan, red). Sembari menunggu saat ini kita masih mempromosikan dahulu ke mahasiswa,” kata Wulan. UPN kemudian mengeluarkan kebijakan agar setiap fakultas mengirimkan satu perwakilannya untuk mengikuti program ini, yang nantinya akan melewati seleksi di dalam kampus. Selain itu, UPN pun berkenan menanggung 50 persen dari keseluruhan biaya kegiatan yakni 25 juta rupiah.
Biaya tersebut meliputi tiket pesawat, penginapan, makan, dan juga biaya kegiatan, namun biaya untuk pembuatan paspor dan visa di tanggung pribadi. Wulan mengatakan pihak UPN masih mengupayakan pembuatan visa bersama perwakilan dari universitas lain yang tergabung dalam program ini, antara lain Universitas Airlangga, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Surabaya, Universitas Islam Negeri Surabaya, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Malang, Universitas Jember, dan Universitas Trunojoyo. Program ini sendiri akan dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 8 September 2019 di Australia. Sedangkan pada tanggal 23 Juni 2019, perwakilan dari lima universitas di Australia Barat akan berkunjung ke Jawa Timur. Kelima universitas tersebut adalah Curtin University, Murdoch University, Edith Cowan University, Notre Dame University, dan Western Australia University.
Sayangnya, program ini dikhususkan bagi mahasiswa semester empat ke atas, selain itu keikutsertaan mahasiswa artinya ia akan dibebaskan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL). “Karena kegiatan ini (program Student Mobility) sudah seperti PKL, maka akan dibebastugaskan dari kegiatan tersebut sebagai kompensasinya,” ungkap Wulan. Adapun dalam waktu yang singkat, akan diadakan training terlebih dahulu untuk memantapkan kemampuan mahasiswa yang akan bertolak ke Australia Barat. Sehingga diharapkan mahasiswa yang berpartisipasi dapat membawa nama UPN menjadi pemenang lomba presentasi di Australia.
Program ini disambut dengan antusias oleh mahasiswa. “UPN sudah mau memberi kesempatan buat mahasiswanya sih menurutku sudah bagus, apalagi juga bantu membiayai 50%,” ujar Ayu (Manajemen/16). “Kalau bisa program tersebut tidak hanya dilaksanakan dalam seminggu saja, karena belajar seperti itu tidak cukup hanya seminggu saja. Sehingga, bakat dari mahasiswa mampu dikembangkan dan di salurkan dengan baik,” imbuhnya.
Sayangnya, masih ada beberapa mahasiswa yang belum mengetahui informasi mengenai program Student Mobility. Ayu Wulandari (Agrotek/17) misalnya, ia mengatakan tak mengetahui informasi mengenai program ini. Ia menambahkan bahwa tidak semua mahasiswa mampu memenuhi biaya studi ekskursi tersebut. “Pembiayaan 50% ditanggung oleh pihak UPN mungkin bisa membantu, namun hanya untuk mahasiswa menengah ke atas bukan menengah ke bawah” ungkapnya. Ayu sendiri berharap agar UPN membuat kelas internasional, sehingga mampu menampung mahasiswa dengan perekonomian menengah ke bawah yang ingin adanya kegiatan seperti itu. (ask/drh)