Polemik Kantin Baru, Tiga Kios Berlabel Nama Pejabat

Klarifikasi Pejabat Terkait Hingga Keluhan Pedagang dan Mahasiswa

3 label nama pejabat di etalase stand kantin baru (25/10)

Lebih dari satu bulan beroperasi, kantin baru menuai persepsi. Pasalnya, beberapa waktu lalu terdapat kios yang tampak belum ditempati dengan label nama pejabat di etalasenya. Mulai dari Wakil Rektor (Warek) II, dan dua Profesor yaitu Sumargono dan Suparlan, serta lainnya tanpa nama. Kantin yang menurut Imam, Pejabat Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), adalah relokasi dari kantin pusat dan rimba, serta terdapat beberapa penyewa baru ini, juga memiliki beberapa masalah yang dikeluhkan beberapa pihak.

Terkait kantin yang tampak belum diisi dan tempelan nama di beberapa etalase kantin tersebut, salah satu pedagang kios deretan timur mengaku kurang tahu persisnya. “Kalau yang saya lihat ya itu, tapi mukanya saya tidak tau, orangnya juga tidak tau,” ujarnya. Seorang pekerja kantin yang enggan disebutkan namanya juga mengatakan bahwa beberapa stand kosong tersebut sudah ada pemiliknya dan kepemilikan beberapa stand tersebut sesuai dengan nama yang ada di etalasenya. “Mungkin bisa ditempati anaknya atau isterinya. Masak rektor, rektornya yang buka,” guraunya menerka-nerka.

Tanggapan juga datang dari kalangan mahasiswa, salah satunya Anis (Agrotek/16). Ia bersama rekan-rekannya bertanya-tanya terkait nama beberapa pejabat di etalase stand yang masih kosong. “Sebenarnya nama ini buat apa, menunjukkan kepemilikan atau sekedar nama,” ujarnya. Selain itu, Ika (TS/16) juga mengatakan bahwa meski ia sedikit tak memperhatikan tentang tulisan itu, menurutnya hal ini dapat membuat beberapa mahasiswa memiliki perspesi yang bermacam-macam.

Menanggapi hal ini, Imam menampik rumor yang beredar. “Itu saya yang nyetting supaya tidak diambil orang. Semuanya sudah terisi (tidak ada yang kosong, red),” ujarnya. Terkait nama Sumargono dan Suparlan, pihaknya menerangkan bahwa sejak UPN “Veteran” Jatim berstatus swasta, keduanya telah memiliki stand kantin, yaitu di kantin rimba. Kemudian, untuk label tulisan Warek II, ia mengatakan bukan merupakan nama pribadi (Rektor saat ini, red), namun selaku jabatannya yang membawahi bidang sarana dan prasarana. “Pengisinya (stand tersebut, red) yang memakai kantin disini, kantin rimba,” terangnya. Fauzi, Rektor UPN yang menjabat sebagai Warek II pada masa bakti sebelumnya mengatakan bahwa ia tidak tahu menahu terkait tempelan di etelase tersebut.

Selain itu, akhir Oktober ini pembayaran sewa stand dengan harga masing-masing Rp17,5 juta ini harus lunas. Pasalnya menurut Imam, hal ini seharusnya dilunasi terlebih dahulu baru bisa ditempati. Namun karena relokasi tersebut sifatnya mendadak, sehingga pada mulanya hal ini ditoleransi. Namun pihaknya menegaskan bahwa pada akhir Oktober ini harus lunas. “Jika belum lunas, ganti, yang antri sudah banyak,” tegasnya.

Meski demikian, terdapat pula mahasiswa yang tidak mengetahui hal ini, salah satunya Ana (Akuntansi/17) yang mengaku jarang membeli di kantin tersebut. Harga yang lebih mahal membuatnya harus berpikir ulang untuk sekedar membeli makanan atau minuman disana. “Mungkin harga sewanya mahal, jadi harga makanannya juga naik,” katanya.

Di samping itu, beberapa pedagang mengeluhkan terkait minimnya meja. “Masalah meja, tensi yang kurang enak antar pedagang,” ungkap pedagang deret timur menambahi. Pihaknya mengaku pernah dalam satu hari tidak mendapat pemasukan. Dengan permasalahan ini, akhirnya penempatan meja disusun sedemikian rupa agar tiap pedagang memiliki bagian mejanya sendiri. (rad/tan)

Post Author: pers-upn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *