Berita adalah suatu informasi yang di dalamnya memuat suatu kejadian atau peristiwa yang sifatnya aktual dan faktual. Berita ditulis dengan tujuan untuk menyampaikan informasi atas kejadian atau peristiwa yang penting dan menarik untuk diinformasikan kepada khalayak umum. Selain itu, berita juga bisa dikatakan sebagai bagian dari komunikasi, sebab berisi informasi yang ingin disampaikan kepada pembacanya.
Berita diharapkan mampu memberikan informasi terpercaya, terbaru dan penting untuk disampaikan pada orang banyak. Sehingga mampu memberikan gambaran mengenai kondisi yang ada saat ini. Namun faktanya, dewasa ini banyak berita yang ditulis tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (framing). Informasi yang diberikan antara berita satu dengan yang lain tidak sama, bahkan terkadang saling bertolak belakang.
Misalnya saja berita tentang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang belakangan ini ramai diperbincangkan. Banyak media cetak maupun elektronik menyampaikan berita tentang kedua pasangan calon yang akan maju pada pilpres yang akan datang. Mulai dari latar belakang keluarga, pendidikan, organisasi dan juga pencapaian-pencapaian yang pernah diraih oleh kedua pasangan calon. Bahkan tidak jarang ada yang menguak informasi menegenai kesalahan dan kekurangan salah satu pasangan calon.
Mengapa banyak berita yang dibuat demikian? Hal ini terjadi karena banyaknya oknum-oknum yang memanfaatkan media yang ada, utamanya koran dan media elektronik yang lain untuk kepentingan pribadi. Mengingat pentingnya keberadaan berita bagi masyarakat umum, menjadikannya jalan untuk melakukan hal yang mendukung agar tujuannya tercapai. Misalnya, menyamakan pandangan seperti penulis berita. Hal ini tentunya bisa mempengaruhi persepsi masyarakat sesuai berita yang mereka baca, walaupun informasi yang diperoleh belum tentu kebenarannya.
Banyak wartawan yang menulis berita cenderung subjektif sesuai pandangan pribadinya tentang berita yang ditulis tersebut. Seharusnya wartawan sebagai partisipan bisa menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial, bukan ikut memberikan kesimpulan pribadi di dalamnya. Karena masyarakat bisa saja mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita. Bukan berarti wartawan tidak boleh memberikan opini dalam berita yang ditulis. Opini bisa saja ditambahkan dalam berita asalkan tidak menambah atupun mengurangi nilai berita yang ada.
Walaupun demikian, tidak semua berita dapat dikatakan framing. Itu semua tergantung lagi kepada para penulis berita. Seperti halnya seorang Nahkoda kapal, kemana arah kapal yang dikemudikan akan mempengaruhi dimana kapal berlabuh. Kualitas seorang nahkoda dalam mengemudikan dan mengerti aturan alur perkapalan, sama halnya seperti seorang wartawan yang mengerti aturan dan etika jurnalistik saat membuat berita.
Dari sisi konsumen, kita bisa mengetahui keaslian suatu berita dengan cara memperbanyak referensi yang kita baca. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan gambaran lebih luas tentang apa yang ingin kita ketahui. Sehingga, sebagai pembaca kita bisa memberikan kesimpulan sesuai informasi-informasi yang telah kita dapatkan. Selain itu, dengan memperbanyak referensi yang kita baca akan memperkecil kemungkinan adanya pengaruh berita framing.
Oleh : Luna Windianto