Mahasiswa FEB Angkat Suara Terkait Kebijakan Pakaian Seragam saat Ujian
UPN News – Audiensi antara Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (KM-FEB) dengan pihak Dekanat FEB berlangsung di Ruang Seminar Aboesono Gedung FEB I pada Rabu (21/3). Audiensi ini menjadi kegiatan lanjutan membahas tentang aturan penyeragaman yang berlaku pada saat ujian baik Ujian Tengah Semester (UTS) maupun Ujian Akhir Semester (UAS). Sebelumnya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB telah menyebarkan angket mengenai pendapat masing- masing mahasiswa serta mengadakan opinion building tentang penyeragaman ini, barulah audiensi ini dilaksanakan.
Suwaidi selaku Wakil Dekan (Wadek) III FEB membuka audiensi dengan menjawab salah satu pertanyaan mahasiswa mengenai pandangannya terhadap penyeragaman ini, ia menyatakan tidak menolak tetapi juga tidak mempermasalahkan apabila mahasiswa tidak menggunakan seragam. Tetapi menurutnya, sebagai dosen yang bergerak di bawah Rektor, menolak kebijakan Rektor merupakan salah satu tindakan yang kurang diapresiasi. Maka dari itu, ia lebih memilih bargaining kepada Dekan untuk menyiasati penyeragaman ini supaya tidak menyulitkan sebagian besar warga FEB.
Syamsul Huda selaku Dekan FEB melanjutkan audiensi dengan menyatakan pandangannya terhadap keputusan Rektor. Senada dengan Suwaidi, ia sama sekali tidak mempermasalahkan mahasiswa baik menggunakan seragam maupun tidak berseragam. Ia sendiri berani bertanggung jawab, apabila ada dosen pengawas yang mengintimidasi mahasiswa apabila tidak menggunakan seragam. Maka dari itu, ia berjanji akan menyampaikan keputusannya mengenai kebebasan berseragam maupun tidak berseragam kepada dosen melalui rapat pengawas agar tidak ada kesalahpahaman.
Namun rupanya mahasiswa masih belum puas dengan jawaban Dekan, audiensi pun berlangsung alot hingga petang yang diakhiri dengan persetujuan penandatanganan surat pernyataan bermaterai berisi tiga tuntutan mahasiswa yakni pencabutan surat edaran mengenai penyeragaman di FEB, tidak adanya intimidasi apapun terhadap mahasiswa FEB dan menjamin serta memastikan tidak adanya pengaruh apapun ketika mahasiswa FEB tidak menggunakan seragam. Diakhir setelah penandatanganan surat pernyataan, Syamsul Huda menekankan lagi bahwa mahasiswa sebaiknya tidak menyebarkan selebaran apapun dan juga tidak memasang spanduk sembarangan. Karena menurutnya tindakan tersebut kurang etis, dan dia menyarankan untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan Dekan.
Ia menambahkan lagi tentang bahaya informasi di sosial media. Hal tersebut ditakutkan menjadi bumerang bagi nama baik fakultas dan warga FEB bahkan instansi UPNVJT. Dan pihak Dekanat sendiri tidak bertanggungjawab apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan diluar pasca tersebarnya selebaran atau poster dan juga spanduk tersebut. “Saya khawatir jika ada orang yang tidak bertanggungjawab menyebarluaskan dan tidak bisa dihapus, maka nama instansi akan tercoreng dan berimbas kepada semua mahasiswa,” ungkapnya.
Rexi selaku Presiden BEM FEB menyatakan bahwa BEM memfasilitasi proses audiensi ini yang bertujuan untuk mengadakan forum penyampaian aspirasi mahasiswa FEB secara langsung serta klarifikasi oleh jajaran petinggi FEB. Setelah diadakannya audiensi ini, BEM akan mengawal Dekan menuju universitas, BEM akan membuat petisi yang ditandatangani oleh mahasiswa FEB berisi keputusan yang sudah disetujui pada pada saat audiensi.
Rexi juga menambahkan bahwa audiensi ini tidak memiliki sangkut paut apapun dengan aksi (Kuliah di Rektorat, red) yang berlangsung di hari yang sama. “Aksi tadi tidak membawa atas nama BEM atau FEB,” terangnya. Menurutnya, aksi itu merupakan suatu aliansi yang didalamnya terdapat jurusan yang ada di FEB, yaitu akuntansi yang dinaungi oleh HMAK. Ia juga menampik rumor yang beredar bahwa mayoritas peserta aksi adalah mahasiswa FEB, “Padahal minim (keseluruhan mahasiswa FEB dari 3 jurusan, red), yang sangat mendominasi adalah dari akuntansi,” ungkapnya.
Hampir seluruh mahasiswa FEB menyatakan kontra dengan keputusan pihak rektorat, Dany (EP/16) berpendapat bahwa seragam tidak mempengaruhi nilai dan sikap mahasiswa itu sendiri. Menurutnya, berseragam atau tidak, tidak akan mengubah intelektual seseorang. Sama seperti Dany, Lukman (EP/17) juga berpendapat sama bahwa berseragam maupun tidak, tidak memiliki hubungan kausalitas apapun dengan nilai maupun kedisiplinan. Selain itu, Lukman menyesalkan keputusan sepihak rektorat yang memutuskan penyeragaman tanpa adanya kesepakatan dan mendengar dulu pendapat mahasiswa. “Harapan kedepannya, jika ada keputusan yang menyangkut mahasiswa agar tidak memutuskan secara sepihak. Perlu adanya mediasi dan diskusi dahulu bersama perwakilan mahasiswa,” tutupnya. (mel)