Oleh: Signoritha Aulia Dwi Puspitasari
Presiden BRICS, Luiz Inacio Lula da Silva menyambut bergabungnya Indonesia pada BRICS.
Sumber: CNBC Indonesia
Pada Senin (06/01/2025) Indonesia resmi bergabung dengan Brazil, Russia, India, China, South Africa (BRICS) menjadi anggota sepenuhnya. BRICS adalah blok ekonomi yang terdiri dari Brazil, Russia, India, China, dan South Africa serta 4 negara lainnya. Menurut Sugiyono selaku Menteri Luar Negeri, bergabungnya Indonesia di BRICS saat ini menjadikan Indonesia dipandang sebagai negara penting dalam tatanan global.
Keputusan Indonesia untuk masuk merupakan suatu langkah ambisius di awal kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. BRICS menawarkan peluang besar seperti peningkatan kerjasama ekonomi dengan negara berkembang lainnya, akses pasar yang lebih luas, peningkatan peran aktif Indonesia dalam kerjasama multirateral dan mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat atau Eropa. Keputusan ini tidak hanya sekadar persoalan ekonomi namun juga akan menentukan langkah geopolitik Indonesia dalam dinamika global.
BRICS berdiri menjadi simbol perlawanan terhadap dominasi ekonomi barat. Kekuatan ini dapat dilihat dari gabungan produk domestik bruto (PDB) menyentuh USD 26,7 triliun pada 2023 dengan total populasi 3 miliar jiwa. Ditambah organisasi tersebut memiliki New Development Bank (NDB) dan insisitif untuk mengurangi ketergantungan pada USD yang menunjukan ambisi BRICS untuk menciptakan tatanan ekonomi global yang lebih multipolar. Namun, dibalik itu apakah masuknya Indonesia dalam BRICS benar-benar sepadan? Apakah ada risiko yang dapat ditimbulkan?
Jika dilhat dari segi ekonomi, ada beberapa potensi besar yang diperoleh Indonesia dengan bergabung di BRICS. Pertama adalah akses pendanaan yang lebih mudah terutama pendanaan untuk proyek proyek infrastruktur strategis dalam negeri. Sebagai anggota BRICS, Indonesia bisa memperoleh pendanaan yang lebih mudah melalui New Development Bank (NDB) yang dimiliki oleh BRICS. NBD menawarkan akses pinjaman yang lebih mudah dibandingkan dengan World Bank atau International Monetary Fund (IMF).
Kedua, akses pasar global yang lebih besar. BRICS terdiri dari negara negera besar yang mana menyumbangkan sekitar 40% dari populasi dunia dan lebih dari 25% PDB global (World Bank). Hal ini tentu sangat menguntungkan Indonesia untuk meningkatkan nilai ekspor. Selain itu, langkah ini dapat menjadi diversifikasi pasar ekspor Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Keuntungan ketiga dari masuknya Indonesia ke BRICS adalah peluang investasi. Menurut data Kementerian Investasi/BPKM pada tahun 2020, China adalah salah satu investor terbesar Indonesia dengan nilai USD 4.5 miliar. Dengan demikian, peluang investasi pada Indonesia akan semakin lebar terutama dari anggota-anggota BRICS sendiri. Peluang investasi ini meliputi infrastruktur, teknologi, energi terbarukan yang dapat mendorong pertumbuhan dan pembangunan Indonesia.
Tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tapi masuknya Indonesia dalam keanggotaan BRICS juga dapat memperkuat reputasi Indonesia di kancah internasional. Berdasarkan Global Firepower Index 2021, Indonesia berada di peringkat 14 dalam kekuatan militer global. Hal ini menunjukan Indonesia sedikit banyak memiliki pengaruh dalam tatanan global. Pengaruh ini semakin meningkat dengan Indonesia bergabung dengan BRICS sehingga dapat lebih aktif pada isu-isu global yang terjadi saat ini. Hal itu sekaligus memperkuat posisinya dalam organisasi internasional seperti Group of Twenty (G20) dan Association of Southeast Asia Nations (ASEAN).
Disisi lain, terdapat sejumlah potensi risiko yang muncul dengan bergabungnya Indonesia di BRICS. Bergabungnya Indonesia dengan BRICS dapat meningkatkan ketergantungan Indonesia pada ekonomi China. Hal ini disebabkan China menyumbang sekitar 30% dari total perdagangan Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 silam. Posisi ini menyebabkan munculnya risiko pada kemandirian ekonomi dan politik Indonesia.
Potensi risiko lain adalah kemungkinan munculnya konflik dengan negara barat. Hubungan Indonesia dan Amerika Serikat serta negara negara barat dapat terpengaruh dengan masuknya Indonesia dalam BRICS terutama pada bagian geopolitik. Negara-negara barat menganggap Indonesia sebagai negara yang tidak lagi netral sehingga dapat memengaruhi diplomatik dan investasi. Selain itu, baru baru ini Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump mengancam akan memberikan tarif 100% pada negara negara BRICS jika ingin masuk ke pasar Amerika Serikat dan berusaha menggnatikan transaksi internasional dengan mata uang BRICS lewat media sosial X pribadinya pada November 2024 lalu. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran, apalagi salah satu pasar ekspor terbesar Indonesia adalah Amerika Serikat.
Adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China dapat memberikan pengaruh negatif pada Indonesia. Selain itu, adanya konflik dan perbedaan pandangan anatara China dan India yang sama-sama menjadi anggota BRICS dikhawatirkan dapat mempengaruhi nilai ekspor dan investasi serta pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Munculnya kritik dunia internasional pada kebijakan luar negeri Indonesia juga menjadi risiko yang bisa saja terjadi. Indonesia dikenal memiliki kebijakan luar negeri bebas aktif dan dengan masuk keanggotaan BRICS memicu kritik dari kalangan barat mengenai kemandirian Indonesia di mata dunia. Apalagi pada 20 Februari 2024 lalu Indonesia juga mengajukan diri dalam keanggotaan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
Meski demikian masuknya Indonesia dalam BRICS merupakan suatu langkah berani di awal tahun 2025. Langkah ini diambil guna memperkuat posisi Indonesia di kancah global dan meningkatkan kerjasama dengan negara-negara berkembang. Namun, pemerintah tidak boleh terlena dengan segala keuntungan yang mungkin didapat saja, penting bagi pemerintah Indonesia untuk waspada dan merumuskan kebijakan yang tepat serta langkah stategis dalam menghadapi tantangan dan risiko yang timbul akibat bergabung dengan BRICS. Terakhir pemerintah Indonesia perlu memastikan bisa memaksimalkan keuntungan sebagai anggota BRICS baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.