Pengingkaran Janji Manis Kampus Ketika Dukungan Pengembangan UKM Terputus

Keluhan Perihal Pendanaan yang Terganjal dan Ketersediaan Kebutuhan Krusial

Gebyar Expo UKM UPNVJT 2022

Sumber: Dokumentasi Koor UKM

 

Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang beragam sehingga dapat dijadikan media pengembangan keahlian dan penyaluran hobi bagi para mahasiswa. Namun, keberadaan UKM tersebut ternyata kurang diperhatikan oleh kampus yang dibuktikan dengan kurangnya fasilitas yang memadai hingga pendanaan untuk kegiatan UKM. Setelah tiga minggu terlaksananya Expo dan unjuk gelar UKM, kesan penyelenggaraan yang terpaksa dan serba kekurangan dari acara tersebut memberi kesan skeptikal pada diri mahasiswa. Permasalahan yang menjadi sorotan adalah pendanaan untuk UKM yang seringkali sukar cair, dapat dilihat pada kegiatan milik bersama Koor UKM yang mengadakan UKM Expo tidak didukung penuh dan mengalami kesulitan dana di masa pengenalan mahasiswa. Hal ini juga dapat mempengaruhi penurunan minat mahasiswa baru yang berakibat tidak adanya regenerasi dari penyaluran bakat dan minat mahasiswa. Meninjau hal tersebut, apa yang terjadi memang benar demikian dan apakah akan terus seperti itu?

Mochamad Riswan (FISIP/19) selaku Ketua Koordinator UKM UPNVJT mengutarakan bahwa selama satu semester ini dukungan dari kampus terhadap UKM masih sulit yang mana dapat dilihat dari banyaknya penyesuaian terhadap penyerapan anggaran dari kampus. “Selama saya menjabat sebagai ketua umum kurang lebih masih satu semester ini untuk dukungan dari UPNVJT saya lihat masih sulit, untuk tahun ini banyak sekali penyesuaian-penyesuaian terkait penyerapan anggaran dan dinilai kurang,” ujarnya pada wawancara via zoom Minggu (11/9). Selain itu, banyak masalah yang disebabkan oleh kurang dukungan terhadap UKM dari UPNVJT, hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya penyediaan fasilitas dari kampus. Sulitnya proses pengajuan dana pada pihak lembaga hingga pengapresiasian dari UPNVJT terhadap UKM yang dinilai kurang.

Berbicara tentang fasilitas dari kampus, beberapa UKM telah terbuka untuk memberikan  beberapa informasi gambaran betapa kurangnya pemberdayaan fasilitasnya, “Kami latihan di Giri Loka cuma mendapatkan jadwal sekali saja dan bergantian dengan UKM lain, sedangkan kebutuhan dari olahraga kami perlu repetisi dilakukannya seminggu 3 kali. Kalau sekre itu kita menjadi satu dengan lain, agak khawatir semisal kita menaruh barang di sekre karena dijadikan satu karena juga kacanya bolong, pintunya nggak bisa dibuka jadi kalau ada orang yang mau mengambil itu mudah,” ungkap Adibi Siraj (FT/20) Ketua UKM Basket pada wawancara Sabtu (17/11).  Kondisi UKM Basket yang demikian tidak menghentikan semangatnya untuk tetap berkembang, dapat dilihat dari determinasi dan inisiatif UKM Basket yang tetap latihan di luar UPN dengan dana mereka sendiri. 

Tidak Seperti UKM Basket yang sekretariatnya menjadi satu dengan UKM lain, UKM Tari diberi sekretariat tetapi kondisi fasilitasnya hampir sama. “Pihak kampus hanya menyediakan ruangan saja, tetapi fasilitas di dalam ruangan sekre kurang layak, seperti pintu masuk yang rusak dan kelistrikan UKM yang seringkali tidak bisa menyala. Fasilitas baju maupun alat tari tidak disediakan oleh pihak kampus, jadi seluruh inventaris yang tersedia di sekre itu berasal dari kepengurusan UKM Tari sendiri,” ujar Sifanny Nurhaliza (FH/20) selaku Ketua UKM Tari. Dukungan fasilitas yang dinilai kurang tidak pada pemberian porsi latihan dan tempat saja, melainkan juga properti untuk tampil, “Untuk kostum tampil terdiri dari baju, songket, selendang, mahkota itu semua dari kita. Jadi, kita punya dan memang dibuat dari kas, tidak punya kontribusi untuk pemberian baju, kostum, atau make up”, ujar Diva Aisyah Maryam (FISIP/20) selaku Ketua UKM Saman pada Sabtu (17/11). 

Kurangnya support dari kampus tidak hanya sampai di situ, lembaga dinilai tidak supportive karena berbelit-belit dan cenderung lalai dalam memproses dana ketika UKM mengajukannya. Penilaian buruk terhadap pendanaan untuk UKM memiliki beragam keluhan,  mulai dari pendanaan macet, lembaga atau kampus tidak tahu kebutuhan tiap UKM sehingga banyak yang dipotong pendanaannya, hingga yang terparah yaitu tidak turunnya pendanaan yang dijanjikan. “Setelah menunggu selama 2-4 minggu, dana yang diajukan tidak disetujui. Sekalipun ada dalam AD ART kepengurusan UKM Tari, seperti dana pelatih untuk Porsimnas Wijaya yang telah dijanjikan akan dibiayai oleh pihak kampus, nyatanya dana tersebut tidak kunjung turun hingga acaranya selesai,” ujar Sifanny.  Mungkin pihak kampus memiliki standar prosedur dalam pengajuan dana, hal ini dikuatkan oleh pengakuan dari UKM Penalaran dan Kreativitas yang tiada kendala terkait pengajuan dana dan cair sesuai nominal yang diinginkan, “Mengenai pengajuan proposal pendanaan itu susah, tetapi mungkin dari teman-teman UKM sendiri yang mungkin proposal maupun ajuannya kurang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak kampus. Selama ini, UKM kami selalu mengajukan sesuai prosedur, jadi lancar-lancar saja. Persetujuan proposal yang diajukan pun terbilang cepat, jika sesuai dengan prosedur,” ungkap Dimas Mirza Alifansa (FIK/20) selaku Ketua UKM Penalaran dan Kreativitas pada wawancara via Google Meet Selasa (22/9). 

UKM UPNVJT tentu memiliki banyak prestasi dan tentu pula perlu diberi apresiasi, menyinggung Pertor No 3 tahun 2002 yang membahas terkait apresiasi pembinaan bagi mahasiswa yang mendapatkan juara, dalam penerapannya dinilai kurang juga. Beberapa UKM menilai kurang penerapan apresiasi dari kampus disebabkan oleh kurangnya mereka mengikuti event-event atau perlombaan, salah satu dari mereka menyatakan “Selama ini, apresiasi pembinaan itu masih belum ada bagi UKM Musik, tetapi mungkin karena UKM Musik masih belum gencar mengikuti perlombaan,” ucap Mozarto Omar V. H  (FH/20) Ketua UKM Musik. Berbeda dengan Mozarto, Sifanny menyatakan “Bentuk apresiasi diberikan hanya secara lisan saja. Hingga sekarang, teman-teman UKM Tari belum mendapatkan sertifikat dan uang apresiasi yang dijanjikan oleh pihak kampus. Padahal, posisinya UKM Tari telah berhasil pulang sebagai juara 2,” ucapnya. Hal ini tentu memberikan PR besar bagi kampus terkait pemberdayaan UKM seakan-akan terbengkalai dan sekadar ada saja.

Beragam gambaran dari tiap UKM telah tersampaikan dan dihimpun, kinerja UPNVJT dalam memberdayakan UKM yang dimiliki dinilai masih kurang dan perlu ditinjau kembali. “Harapan saya pastinya dari kampus itu kalau bisa selalu mendukung kegiatan dari UKM termasuk fasilitas-fasilitas ini untuk UKM kalau bisa dipenuhi karena mereka sangat membutuhkan. Kemudian pengadaan barang ataupun seperti alat-alat yang diperlukan UKM kalau bisa dipenuhi semua karena mereka semua membutuhkan itu, tidak mungkin mereka latihan ataupun berkegiatan tanpa adanya alat atau barang yang mereka perlukan, dan pastinya setiap UKM dan berkegiatan membutuhkan anggaran besar, semisal mereka hanya memakai anggaran-anggaran internal seperti kas dan lainnya pastinya kurang. Kalau bisa dari lembaga selalu mendukung dari anggaran agar UKM tetap berjalan dan tidak vakum kembali dan pastinya akreditasi dari kampus itu meningkat kalau semisal UKM ini lebih baik,” ucap Riswan selaku Ketua Koor UKM yang mana sekaligus mewakili harapan semua UKM UPNVJT. Namun, tentunya UPNVJT sebagai lembaga profesional pastinya lebih mengetahui apa yang perlu mereka perbaiki. Hanya saja, sangat disayangkan apabila terus berlaku demikian. (zea/sky/ant)

Post Author: pers-upn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *